Sunday, October 8, 2017

Memahami Start-Up - Arah Bisnis Start-Up Masa Depan

Fintech
Kita perlu menyimak tulisan yang dibuat oleh Pak Dahlan Iskan pada 25 September 2017 berjudul "Angpao pun Dikirim dengan WeChat". Tulisan tersebut bisa dilihat disini. Arah bisnis Start-Up di masa depan bisa jadi meniru apa yang dituliskan oleh Pak Dahlan tersebut. 

Sekarang, kita telah diperkenalkan dengan istilah Fintech 3.0. Fintech adalah kepanjangan dari financial technology, yakni sebuah perusahaan teknologi berbasis aplikasi untuk layanan keuangan. Direktur Inovasi Keuangan Digital Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Fithri Hadi menjelaskan fintech 3.0 dapat didefinisikan sebagai perusahaan yang tidak mempunyai lisensi jasa keuangan, tetapi mampu memberikan layanan keuangan untuk konsumen

"Rata-rata mereka adalah perusahaan teknologi atau perusahaan telekomunikasi," ungkap Fithri. Sumber : Kompas 

Nah, fintech 3.0 inilah yang banyak dirambah oleh perusahaan start-up sekarang ini. Mereka menyediakan platform layanan keuangan masing-masing, misalkan : GoPay untuk Go-Jek, TokoCash untuk Tokopedia, dan masih banyak lagi. Jika seperti itu, kita bisa melihat bahwa perkembangan yang akan terjadi akan kurang lebih sama seperti yang telah dituliskan oleh Pak Dahlan.

Pengguna Smart Phone Indonesia
Tentu saja hal ini adalah buah dari kemajuan teknologi yang semakin massif. Dari katadata, diprediksikan pada tahun 2017, jumlah pengguna smartphone di Indonesia adalah sebesar 74,9 juta. Bisa dikatatan, smartphone sudah menjadi hal yang sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat zaman modern. Inilah yang akhirnya menjadi pasar bagi bisnis berbasis aplikasi yang dikembangkan oleh banyak start-up. Dengan dukungan investor, para pengembang start-up tidak akan kesulitan dalam hal pendanaan untuk bisa mengedukasi masyarakat dalam hal mengenalkan produk yang mereka kembangkan. Upaya untuk menjaring pelanggan sebanyak-banyaknya inilah yang mungkin bisa menelan biaya hingga milyaran rupiah. Jadi, jangan heran dengan banyaknya bonus atau diskon yang ditawarkan oleh banyak toko e-commerce maupun start-up lainnya. Cepat atau lambat, manusia akan berubah menuruti cara yang menurut mereka paling praktis dan ekonomis. 

Bisnis berbasis aplikasi yang menggunakan platform layanan keuangan kebanyakan memang didominasi oleh bisnis e-commerce, meskipun tidak menutup kemungkinan jenis start-up lain juga menyediakan layanan ini, misalnya perusahaan aplikasi simpan-pinjam dsb. Dalam perkembangannya sendiri, e-commerce di Indonesia memiliki jenis model bisnis yang berbeda. Dengan demikian, kita tidak bisa serta merta membandingkan satu e-commerce dengan yang lainnya sebagai sebuah saingan. 

Menjamurnya bisnis e-commerce juga merupakan sebuah fenomena yang cukup unit. Secara tidak langsung, bisa jadi adanya bisnis e-commerce ini juga berpengaruh terhadap total penjualan yang dilakukan oleh bisnis ritel konvensional. Tak pelak, bisnis ritel yang semula mengandalkan cara konvensional, juga mulai merambah menggunakan e-commerce

Bagaimanakah model-model bisnis e-commerce yang ada di Indonesia dan pengaruhnya terhadap bisnis ritel konvensional? Kita simak penjelasannya pada tulisan berikutnya.

Thursday, October 5, 2017

Memahami Start-Up - Bisnis Model Kekinian

Saya termasuk orang yang lambat dalam menerima sebuah perubahan. Termasuk adanya model bisnis start-up ini. Jika tidak didorong oleh rasa kebutuhan atau terpicu oleh momen tertentu, tentu saja saya tidak akan menggunakan aplikasi yang dikembangkan oleh bisnis start-up ini. Salah satu start-up yang saya coba adalah Ojek Online. Bermula ketika saya harus berpindah kota ke Jakarta demi bekerja. Ojek Online merupakan solusi yang sangat praktis, murah dan bisa diandalkan dengan pelayanan yang cukup bagus. 

Ojek Online
Pertama kali saya menggunakan ojek online karena bus transjakarta yang mau saya tumpangi ternyata tidak aktif karena ada sebuah demo menentang Gubernur Jakarta kala itu. Padahal saya sudah jalan agak lumayan jauh dari stasiun Gambir menuju salah satu koridor Busway dekat tempat tersebut. Alangkah kecewanya saya ketika mendapati pernyataan seorang pegawai yang stand-by kala itu yang menyatakan bahwa Bus tidak beroperasi karena akan ada demo di sekitar Monas. Akhirnya, saya memberanikan diri untuk mencoba aplikasi Ojek Online. Dan, rasanya melebihi ekspektasi saya sebelumnya terhadap aplikasi ini. Pelayanannya begitu memuaskan. Sehingga, hingga saat ini saya masih memakai aplikasi tersebut.

Yang kedua adalah start-up e-commerce. Kali ini ceritanya juga cukup unik. Suatu ketika, teman kerja saya ingin mengirimkan uang kepada saya untuk sebuah maksud tertentu. Si teman ini tidak jadi mengirimkan uang ke saya dikarenakan rekening Banknya berbeda dengan saya. Saya berpikir bahwa teman ini adalah orang yang sangat irit. Kehilangan uang untuk sekedar bayar biaya transfer antar Bank saja tidak mau. Pada kasus yang berbeda, ketika saya bermaksud membeli tiket pulang Jakarta-Surabaya, si teman malah memberikan sebuah usulan untuk membelinya lewat toko on-line. Tentu saja saya sedikit heran. Alasannya adalah, teman ini termasuk tipe orang yang irit tetapi malah merekomendasikan untuk membeli sesuatu lewat toko on-line. Logika saya berpendapat bahwa membeli lewat toko on-line malah akan terkena biaya tambahan karena lewat perantara jika dibandingkan dengan membeli langsung. Tentu saja saya harus membuktikan perkataan si teman ini. Dan, ternyata apa yang dikatakan si teman betul. Meskipun tak jadi beli tiket kereta waktu itu, saat ini saya sering melakukan pembelian pulsa, pembayaran BPJS, listrik dan lain sebagainya lewat toko online tersebut. Setiap kita melakukan transaksi dan memasukkan kode promo yang setiap bulan (saat ini) selalu ada, kita akan mendapatkan Bonus Uang Virtual yang bisa digunakan untuk transaksi berikutnya. Jatuhnya bisa lebih murah.  

Dari dua cerita yang saya sebutkan diatas, saya mulai mengamati start-up yang ada di Indonesia meskipun tidaklah terlalu intens dan belum ada niat untuk terjun secara langsung.

Baiklah, dari tadi kita membicarakan kata start-up. jadi, apa sebenarnya start-up itu? Kenapa kita menyebutnya start-up?

Indonesian Start-Up
Start-up adalah sebuah perusahaan yang baru dirintis dan biasanya didesain untuk tumbuh dengan sangat cepat. Fokus mereka adalah GROWTH, bukan PROFIT, meskipun ujung-ujungnya adalah PROFIT juga. Siapa yang mau membayar pekerjanya kalau tidak menghasilkan profit. Karena fokusnya adalah GROWTH maka start-up ini kebanyakan perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi. Teknologi memungkinkan sebuah perusahaan bertumbuh dengan sangat cepat. Sebagai contoh, ojek online. Start-up ojek online hanya memberikan fasilitas berupa aplikasi. Driver ojek online adalah mitra start-up tersebut. Ojek online tidak perlu keluar duit untuk beli aset misalnya motor atau mobil. Motor adalah milik pribadi. Ini membuat harga menjadi lebih murah sehingga diharapkan cepat berkembang.  

Start-up jika sudah mature/ established akan punya pangsa pasar yang luas dan kuat. Sehingga akan mudah sekali untuk meraih keuntungan. Misalnya, Google, Facebook dan lain sebagainya. Kuncinya adalah satu yakni valuasi, atau bagaimana membangun sebuah nilai. Seperti diterangkan sebelumnya, fokusnya adalah GROWTH. Bagaimana cara untuk mengumpulkan pengguna atau konsumen sebanyak-banyaknya.  
Toko Online from https://andikachandra.com/penerapan-kerangka-ecm-untuk-toko-online/
Diatas, merupakan salah satu prinsip untuk mengumpulkan pelanggan ala toko online, yakni memberikan pelayanan yang diluar ekspektasi. Misalkan, mengirimkan barang satu hari lebih cepat sehingga melebihi harapan pelanggan. Logikanya pelanggan yang puas, akan beli lagi.

Bagaimana perkembangan start-up yang ada di Indonesia? Kita akan bahas pada bagian selanjutnya.  

Popular Posts