Thursday, October 5, 2017

Memahami Start-Up - Bisnis Model Kekinian

Saya termasuk orang yang lambat dalam menerima sebuah perubahan. Termasuk adanya model bisnis start-up ini. Jika tidak didorong oleh rasa kebutuhan atau terpicu oleh momen tertentu, tentu saja saya tidak akan menggunakan aplikasi yang dikembangkan oleh bisnis start-up ini. Salah satu start-up yang saya coba adalah Ojek Online. Bermula ketika saya harus berpindah kota ke Jakarta demi bekerja. Ojek Online merupakan solusi yang sangat praktis, murah dan bisa diandalkan dengan pelayanan yang cukup bagus. 

Ojek Online
Pertama kali saya menggunakan ojek online karena bus transjakarta yang mau saya tumpangi ternyata tidak aktif karena ada sebuah demo menentang Gubernur Jakarta kala itu. Padahal saya sudah jalan agak lumayan jauh dari stasiun Gambir menuju salah satu koridor Busway dekat tempat tersebut. Alangkah kecewanya saya ketika mendapati pernyataan seorang pegawai yang stand-by kala itu yang menyatakan bahwa Bus tidak beroperasi karena akan ada demo di sekitar Monas. Akhirnya, saya memberanikan diri untuk mencoba aplikasi Ojek Online. Dan, rasanya melebihi ekspektasi saya sebelumnya terhadap aplikasi ini. Pelayanannya begitu memuaskan. Sehingga, hingga saat ini saya masih memakai aplikasi tersebut.

Yang kedua adalah start-up e-commerce. Kali ini ceritanya juga cukup unik. Suatu ketika, teman kerja saya ingin mengirimkan uang kepada saya untuk sebuah maksud tertentu. Si teman ini tidak jadi mengirimkan uang ke saya dikarenakan rekening Banknya berbeda dengan saya. Saya berpikir bahwa teman ini adalah orang yang sangat irit. Kehilangan uang untuk sekedar bayar biaya transfer antar Bank saja tidak mau. Pada kasus yang berbeda, ketika saya bermaksud membeli tiket pulang Jakarta-Surabaya, si teman malah memberikan sebuah usulan untuk membelinya lewat toko on-line. Tentu saja saya sedikit heran. Alasannya adalah, teman ini termasuk tipe orang yang irit tetapi malah merekomendasikan untuk membeli sesuatu lewat toko on-line. Logika saya berpendapat bahwa membeli lewat toko on-line malah akan terkena biaya tambahan karena lewat perantara jika dibandingkan dengan membeli langsung. Tentu saja saya harus membuktikan perkataan si teman ini. Dan, ternyata apa yang dikatakan si teman betul. Meskipun tak jadi beli tiket kereta waktu itu, saat ini saya sering melakukan pembelian pulsa, pembayaran BPJS, listrik dan lain sebagainya lewat toko online tersebut. Setiap kita melakukan transaksi dan memasukkan kode promo yang setiap bulan (saat ini) selalu ada, kita akan mendapatkan Bonus Uang Virtual yang bisa digunakan untuk transaksi berikutnya. Jatuhnya bisa lebih murah.  

Dari dua cerita yang saya sebutkan diatas, saya mulai mengamati start-up yang ada di Indonesia meskipun tidaklah terlalu intens dan belum ada niat untuk terjun secara langsung.

Baiklah, dari tadi kita membicarakan kata start-up. jadi, apa sebenarnya start-up itu? Kenapa kita menyebutnya start-up?

Indonesian Start-Up
Start-up adalah sebuah perusahaan yang baru dirintis dan biasanya didesain untuk tumbuh dengan sangat cepat. Fokus mereka adalah GROWTH, bukan PROFIT, meskipun ujung-ujungnya adalah PROFIT juga. Siapa yang mau membayar pekerjanya kalau tidak menghasilkan profit. Karena fokusnya adalah GROWTH maka start-up ini kebanyakan perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi. Teknologi memungkinkan sebuah perusahaan bertumbuh dengan sangat cepat. Sebagai contoh, ojek online. Start-up ojek online hanya memberikan fasilitas berupa aplikasi. Driver ojek online adalah mitra start-up tersebut. Ojek online tidak perlu keluar duit untuk beli aset misalnya motor atau mobil. Motor adalah milik pribadi. Ini membuat harga menjadi lebih murah sehingga diharapkan cepat berkembang.  

Start-up jika sudah mature/ established akan punya pangsa pasar yang luas dan kuat. Sehingga akan mudah sekali untuk meraih keuntungan. Misalnya, Google, Facebook dan lain sebagainya. Kuncinya adalah satu yakni valuasi, atau bagaimana membangun sebuah nilai. Seperti diterangkan sebelumnya, fokusnya adalah GROWTH. Bagaimana cara untuk mengumpulkan pengguna atau konsumen sebanyak-banyaknya.  
Toko Online from https://andikachandra.com/penerapan-kerangka-ecm-untuk-toko-online/
Diatas, merupakan salah satu prinsip untuk mengumpulkan pelanggan ala toko online, yakni memberikan pelayanan yang diluar ekspektasi. Misalkan, mengirimkan barang satu hari lebih cepat sehingga melebihi harapan pelanggan. Logikanya pelanggan yang puas, akan beli lagi.

Bagaimana perkembangan start-up yang ada di Indonesia? Kita akan bahas pada bagian selanjutnya.  

No comments:

Post a Comment

Leave your comment !

Popular Posts