Friday, October 25, 2019

Psikologi Trading- The Innovator

Memulai langkah untuk menginjakkan kaki di dunia bursa adalah sebuah lompatan yang cukup besar bagi sebagian besar orang, termasuk saya. Teori saja tidak akan pernah cukup, tanpa diimbangi dengan psikologi yang cukup kuat. Melihat sebuah harga saham meluncur turun dengan sangat drastis, sensasinya sangat berbeda sekali ketika kita telah menaruh posisi di saham tersebut. 

Bayangan hilangnya uang hasil kerja keras kita, apalagi jika dikumpulkan sedikit demi sedikit akan bisa menimbulkan perasaan putus asa. Hari esok tidak ada yang tahu, apakah harga saham tersebut akan terus tergerus ataukah akan naik. Mereka yang optimis, akan tetap menahan, namun apabila harga akan terus-menerus turun, tentu saja akan terlihat seperti memegang bara api. Mau dijual, loss sudah terlalu tinggi, tidak dilepas, kemungkinan harga bisa lebih anjlok lagi.

Maka, kemudian, kelak kita jumpai, baik individu maupun institusi yang melakukan aksi yang jamak dikenal dengan istilah pom-pom. Yakni, sebuah ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Dengan harapan, tentu saja untuk mengubah harga saham demi keuntungannya. Media pun punya peran dalam hal mempengaruhi psikologis kita dalam kegiatan jual-beli saham. Dalam dunia saham, rumor terkadang malah memiliki dampak yang cukup besar jika dibandingkan dengan berita.

Berita yang bagus, tidak serta merta akan meninggikan harga sebuah saham, malah bisa menurunkan. Hal ini bisa terjadi karena kita adalah orang yang terakhir menerima info tersebut. Beberapa individu ataupun institusi telah menerima info terlebih dahulu dan telah memasang posisi sebelum kita. Ketika berita keluar, maka mereka bisa menjual sahamnya karena meningkatnya demand karena timbulnya perasaan optimis para peggiat bursa, padahal sebelumnya harga sudah dimark-up oleh para market maker tersebut. 

Siapakah market maker tersebut? Mereka adalah inovator di bursa saham. Mari kita lihat grafik dibawah;
Banyak yang mengatakan inovator itu adalah bandar, meskipun kita tidak pernah mengetahui hal tersebut persisnya, kecuali di saham-saham gorengan akivitas mereka ini sangatlah kelihatan. Kita memang bisa mengetahui bahwa memang ada institusi yang menaruh dananya dalam sebuah emiten. Tentu saja, dengan penempatannya yang sangat tinggi, mereka bisa saja mengatrol harga saham. Namun, hal itu tidaklah terlalu penting, jika dibandingkan dengan harga pergerakan harga sahamnya tersendiri. 

Ada empat fase dalam pergerakan harga sebuah saham: 

1. Fase Akumulasi ==> Dimana inovator menaruh posisi disebuah saham. Harga cenderung datar. Diikuti oleh banyaknya sentimen negatif sehingga tidak banyak orang mau membeli saham tersebut. Maka dengan mudah, para inovator ini mengisi "barang" di "gudang".
2. Fase Mark-up ==> Fase awal kenaikan harga sebuah saham, dimana momentum dibentuk disini. Dimana, para inovator mulai menjual "barang" di "gudang" diikuti oleh berita-berita positif yang muncul sehubungan dengan emiten tersebut.
3. Fase Distribusi ==> Fase dimana terindikasi jenuh beli. Demand telah banyak berkurang karena tiap orang telah membeli "prospek cerah" saham tersebut.
4. Fase Mark-down ==> Fase kejatuhan harga ketika supply telah mengalahkan demand, diikuti berita buruk yang mungkin muncul.

Sebelum memulai fase mark-up dan fase mark-down, biasanya akan dilakukan market test oleh para market maker untuk mengetahui posisi demand-supply, kecuali jika saham sudah tidak liquid. Dikatakan liquid, jika memang saham yang diperjual belikan dalam sebuah bid harga berjumlah banyak. Dan, tidak liquid jika bid harga hanya sedikit sekali. Saham yang tidak liquid akan mudah sekali dimanipulasi harganya. Maka, hindarilah bertransaksi pada saham yang tidak liquid. Silahkan tebak, saham dibawah termasuk liquid atau tidak?


Tidak ada patokan pasti berapa nominal perdagangan saham dikatakan liquid atau tidak liquid. Namun, bagi mimin, bertransaksilah di saham dengan volume bid atau offer lebih dari 10ribu dan bukan saham gorengan.

Jumlah bid dan offer akan menyesuaikan dengan pergerakan harga saham. Saham yang cenderung datar bid dan offernya akan cenderung tebal ketika mendekati titik support dan resistennya. Untuk saham yang sedang trend, pada saat telah mencapai momentumnya, di fase mark-up maupun mark-down, maka bid dan offernya akan menjadi rendah. Sehingga pergerakan harga saham menjadi sangat signifikan. Hal ini dapat dikatakan saham memiliki volatilitas yang cukup tinggi, hingga pada akhirnya mencapai kondisi jenuh, dimana bid dn offenya akan menjadi tebal kembali. Kira-kira, dari siklus pergerakan harga saham, 30% waktunya ia akan naik ataupun turun dan 70% waktunya ia akan tetap datar/ sideways. Maka sangat penting, ketika kita menaruh posisi pada timing yang tetap. 

Dari, semua yang telah disampaikan diatas, kita telah banyak menyinggung segala hal mengenai dunia bursa dalam sudut pandang psikologis melalui "Life Cycle Model of Crowd Behavior". Kita tidak mungkin bisa menjadi inovator, tetapi paling tidak, kita berada di belakang inovator tersebut dengan menggunakan cara trading yang benar dan menjauhi trading yang dilakukan oleh kebanyakan massa. Pada bagian selanjutnya, kita akan membahas cara mendapatkan informasi untuk mulai masuk ke dalam dunia bursa.

Keep Stay Tuned      

No comments:

Post a Comment

Leave your comment !

Popular Posts