Friday, November 1, 2019

Kenali Saham yang Anda Beli - Menyelusuri Emiten Saham

Sobat Investor dimanapun kalian berada, Saya ucapkan terimakasih kepada yang telah mengikuti tulisan ini dari awal. Setelah sebelumnya, dibahas mengenai overview dari pasar modal, kali ini akan secara khusus kita ambil emiten untuk dibahas pada kesempatan kali ini. 

Saya harap, Sobat Investor sekalian membaca tulisan terdahulu pada tautan diatas, untuk memahami secara implisit apa yang akan mimin utarakan pada kesempatan kali ini. Mimin akan ambil, emiten MPMX atau Mitra Pinasthika Mustika Tbk. 

Masih menggunakan program RTI, mari kita lihat profil perusahaannya.


Kita bisa lihat dari historical data tersebut bahwa perusahaan mulai tercatat di bursa pada 29 Mei 2013. Harga yang ditawarkan kepada publik adalah 1500 dengan jumlah saham yang dibagikan adalah 970 juta. Dan seterusnya ... Informasi yang paling penting adalah Shareholders Composition

Shareholders Composition menjelaskan siapa pemegang saham dan sekaligus turut menentukan arah kebijakan yang diambil oleh perusahaan. Perusahaan yang dikelola dengan bagus, tentu saja tidak akan "menjual" sahamnya ke masyarakat. Sebagaimana diketahui, sebagian laba perusahaan akan disetor ke Shareholder dalam bentuk deviden. Maka, jika partisipasi publik sebagai shareholder cukup banyak jika dibandingkan dengan investor maupun managemen, maka kita wajib curiga mengenai performa sebuah perusahaan. 

MPMX memiliki tingkat outstanding saham yang dimiliki oleh publik sebesar 22% atau sekitar 1 milyar saham. Yang kita perhatikan saat ini adalah persennya. Angka tersebut bisa dikatakan masih rendah, mengingat yang dipegang PT. Saratoga adalah diatas 50%. Jadi, masih ada kepercayaan di tangan investor bahwa perusahaan ini akan terus menghasilkan laba bagi mereka.

Mari lihat perbandingan dengan saham yang lannya. Ambil contoh, yakni emiten BIPI atau Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk.  Harga saham BIPI saat ini adalah 50 rupiah, yakni harga terendah yang diperbolehkan oleh BEI. Mari dilihat Shareholders Composition-nya: 


Hampir 50% dikuasai oleh publik. Jadi, tidak heran jika harga sahamnya juga jatuh. 

Setelah mengetahui pentingnya shareholder, saatnya kini mengamati bagaimana peredaran saham tersebut di pasar bursa. Kita perhatikan angka jumlah saham MPMX yang dimiliki oleh publik, yakni sebesar 1 milyar saham. Saham yang dimiliki oleh publik ini kita anggap identik dengan saham yang ditransaksikan secara reguler. Mari kita lihat, berapa volume saham MPMX yang ditransaksikan tiap hari.


Rata-rata adalah sebesar 3,3 juta saham. Dari 1 milyar saham yang dipegang oleh publik, tiap hari hanya sekitar 3,3/1000 *100% = 0,33% saham berpindah tangan atau tidak sampai 1 persen dari total keseluruhan saham. 

Apa artinya? Misalkan kita asumsikan hukum pareto terjadi, bahwa 20% orang menguasai 80% aset. Maka dari 1 milyar saham, sebanyak 800 juta saham dikuasai oleh segelintir orang. Orang-orang inilah yang menentukan trend kemana harga saham akan dibawa. Lebih jauh lagi, berapa orang yang berada di 20% tersebut. Mari kita lihat frekuensi perdagangan dalam satu hari


Kita bulatkan jadi 200, untuk mempermudah perhitungan. Jika frekuensi mewakili tiap orang yang bertransaksi. Maka 20% dari 200 adalah 40 orang. Maka ada 40 orang yang menguasai 800 juta saham. Tiap orang menguasai 20 juta saham. Kita ganti kata orang dengan institusi. 

Jika misalkan satu institusi ingin out, maka bisa jadi butuh satu minggu barang dia baru habis karena jumlah transaksi setiap hari rata-rata cuma 3,3 juta. Namun, hal ini tidak mungkin terjadi, pasalnya institusi tersebut harus membuat demand, karena jika tidak, harga akan jatuh dan mereka jual rugi. Sama dengan ketika mereka ingin beli, tentu harus buat supply yang besar. Inilah yang kemudian memunculkan gerakan-gerakan yang dipelajari dalam ilmu teknikal mengenai gerakan saham. Harga pergerakan harga saham memiliki arti historis dimana para institusi ini melakukan aksi baik jual maupun beli. Hal ini memunculkan istilah trend, support-resistan, break-out etc. 

Tentunya contoh diatas adalah sebuah perumpamaan, namun hal ini bisa jadi sebuah guide bagi kita semua bahwa sebagai Investor ritel kita tidak bisa menentukan harga sebuah saham karena kita jelas kalah jauh segalanya. Software yang kita pakai pun gratisan hehehe....

Namun, jangan salah, kita juga memiliki kelebihan, bahwa kita bebas menentukan saham mana yang kita pilih, kita tidak dikejar oleh target, kita memiliki waktu yang lebih longgar dan sebagainya. Hal inilah keistimewaan yang dimiliki oleh investor ritel dan harus benar bisa dimanfaatkan.

Mimin kurang setuju dengan aturan yang membatasi kita dalam trade, misalkan pasang trailing stop di harga ini, cut loss disini dan sebagainya. Hal ini dikarenakan cara ini sangat tidak fleksibel dan beresiko over-trade. Ingat, ada potongan komisi tiap kita melakukan transaksi jual-beli saham. Jangan sampai komisi ini malah membebani kita. Untuk saham dengan fundamental bagus atau istilahnya overvalue, tentunya average down adalah hal yang kudu dilakukan. Inti dari paragraf ini sebenarnya adalah money management harus kita lakukan. Ingat, contoh diatas, satu institusi menguasai 20 juta saham. Tiap hari transaksi sekitar 3 juta saham. Ada possibility bahwa supply dan demand yang terjadi bersifat artifisial, yang sebenarnya hanya untuk menarik para investor ritel untuk masuk ke dalam suatu saham. Ini bisa saja terjadi, harga dinaikkan seolah-olah terjadi break-out. Hal ini untuk memancing ritel masuk ke dalam sebuah saham. Setelah masuk dan BOOM, harga dihancurkan. Lihat grafik dibawah:

      
Banyak yang menyangka PGAS akan naik terus karena sudah lewat area resisten, setelah beberapa hari tertahan dan BOOM, harga jatuh dua hari belasan persen.  

Pada bagian selanjutnya, kita akan mulai masuk ke dalam tick harga. 

Keep Stay Tuned




No comments:

Post a Comment

Leave your comment !

Popular Posts