Wednesday, November 6, 2019

Trading Saham - Melakukan Trading untuk Pekerja Kantoran (Analisis Teknikal)

Setelah analisis fundamental, kali ini akan dibahas mengenai analisis teknikal. Analisis teknikal membahas mengenai kecenderungan pergerakan harga dilihat dari historikal harga yang terbentuk di pasar modal. 

Banyak sekali indikator yang bisa digunakan untuk memperkirakan pergerakan harga, namun pada kesempatan kali ini, yang dibahas oleh mimin adalah lima hal yang juga sering digunakan mimin dalam menentukan untuk masuk tidaknya ke dalam sebuah trade, yakni:

1. Volume  
2. Candle-Stick
3. MACD
4. Fibonacci
5. Time frame

Kita akan bahas satu-persatu. Untuk softwarenya, memakai yang gratisan, yakni https://www.investing.com/. Di investing.com yang gratis ini ada delay sekitar 15 menit dari trading normal. Jadi, misalkan, jika jam menunjukkan pukul 15.00, maka trading yang ditampilkan adalah trading pada pukul 14.45.

Pertama, Volume
Volume ini merupakan salah satu indikator terpenting dalam sebuah trade. High volume dalam sebuah sesi trade bisa mengindikasikan awal mula sebuah trend bermulai ataupun berakhir. Sobat Investor pasti mengenal istilah Break Out, dimana ketika harga menembus garis support maupun resistennya disertai volume yang tinggi. Mari kita lihat contoh berikut:

Volume
Bisa dilihat pada gambar dibawah, bahwa harga IMAS mulai menunjukkan trend naik ketika ia menunjukkan volume yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan harga sebelumnya dan memulai trend turun disertai dengan volume yang juga tinggi. Jadi, volume ini adalah indikator yang harus selalu dipakai.

Kedua, Candle-stick
Ilmu tentang bentuk lilin dapat dipelajari di internet. Bentuk lilin memperlihatkan antara supply dan juga demand yang terjadi dalam sebuah pasar bursa. Namun, lilin ini hanya benar-benar valid jika disertai dengan volume yang juga tinggi. Tidak usah mempelajari nama-nama lilin karena saat ini sudah ada program yang bisa mengidentifikasi hal tersebut berikut kecenderungan harganya. Berikut adalah contoh program yang menyebutkan tipe lilin dan kecenderungan harganya. Emiten masih sama IMAS.

Candlestick
Ketiga, MACD
MACD adalah salah satu indikator yang juga penting untuk digunakan karena mengidetifikasikan sebuah reversal. Yang perlu dicari adalah divergentnya. Jika harga MACD naik, namun harga saham turun, maka bisa jadi harga emiten tersebut akan segera naik. Selain divergent, yang juga perlu diamati adalah golden cross (GC), yang artinya terjadi persilangan antara dua garis dimana garis MACD menembus dari bawah garis signal. Sedangkan, bila garis MACD menembus dari atas, maka kebalikannya, harga akan turun. Ini disebut dengan death cross (DC).
  
MACD golden and death cross

MACD divergent

Keempat, Fibonacci
Fibonacci ada berbagai macam. Tetapi, yang akan dibahas disini adalah yang tipe retracement. Fungsinya bisa dijadikan pivot point atau point dimana secara historikal, biasanya harga akan mengalami rebound maupun reversal. Simak pada gambar dibawah ini.

Fibonacci
Pada gambar diatas djelaskan kondisi pivot point berdasarkan fibonya. Untuk membuat garis fibo, harus ditarik dari harga yang tertinggi sampai harga yang terendah. Pada sebelah kanan, ketika kita buy, namun harga turun, kita bisa beli lagi pada harga yang terendah untuk average. Disinilah keputusan mengenai money management dan juga analisa fundamental mengambil peranan penting. Ketika secara fundamental masih bagus, kenapa tidak melakukan average down?

Kelima, Time frame
Time frame ini penting dan menentukan tipe trader. Untuk pekerja kantoran, yang tradingnya swing, bisa memakai timeframe jam, harian dan juga mingguan. 
- Time frame mingguan akan lebih menjelaskan gambaran besar arah pergerakan harga kemana
- Time frame harian lebih menjelaskan mengenai posisi harga saat ini dengan lebih banyak candle, yang menyiratkan adanya perubahan lebih dahulu, jika dibandingkan dengan time frame mingguan.
- Time frame jam, lebih banyak candle lagi jika dibandingkan time frame harian dan juga mingguan. Disinilah awal mula terjadi reversal maupun rebound bisa diketahui sebelum diketahui di time frame harian maupun mingguan.

Silahkan simak contoh dibawah sebagai panduan.

Time frame mingguan
Pada time frame mingguan, bisa diketahui bahwa garis fibo telah tertembus dan kemungkinan rebound ada pada titik support yang bisa diketahui pada awal 2018. Ini bisa tampak dengan jelas jika menggunakan timeframe mingguan. Mari, kita perbesar lagi, dengan menggunakan time frame harian.

Time frame harian
Menggunakan timeframe harian, bisa diketahui bahwa harga langsung turun dengan volume yang tinggi ketika menyentuh resisten yakni garis fibonya. Penurunan harga ketika mendekati garis support, yakni yang didapatkan pada timeframe bulanan, mendapatkan demand yang cukup tinggi, bisa dilihat dari volumenya yang naik.

Time frame lima jam
Pada timeframe lima jam, malah muncul signal candlestick bullish yang menyatakan adanya reversal ke arah bullish. Nah, jika belum melakukan buy, bisa langsung masuk ke area buy dengan range buy 1200-1270. Jika ingin average down, tunggu hingga candle membentuk posisi golden cross (GC) agar lebih valid. 

Mudah-mudahan kelima hal diatas yang bisa dijadikan sebagai indikator untuk analisa teknikal bisa dimanfaatkan dengan baik oleh Sobat Investor semua.

Pada bagian selanjutnya, akan dibahas mengenai cara melakukan trade.

Keep Stay Tuned

Tuesday, November 5, 2019

Trading Saham - Melakukan Trading untuk Pekerja Kantoran (Analisis Fundamental)

Sobat Investor, bagaimana caranya melakukan trading namun tetap bisa beraktivitas sebagaimana biasanya? Jika Sobat Investor belum bisa membagi waktu dengan baik, maka tulisan ini bisa menjadi sebuah referensi bagi Sobat Investor untuk memulai trading khususnya bagi kamu yang pekerja penuh waktu. Sobat Investor paling tidak harus mengerti terlebih dahulu basic trading, mulai psikologi, money management dan juga menguasai pengoperasian dari perangkat trading bawaan dari sekuritas.


Jika ketiga hal diatas sudah dikuasai, maka cara selanjutnya adalah melakukan analisa terhadap emiten yang akan dipilih. Tulisan ini terinsipasi dari KakDr. Bisa dilihat situsnya disini.

Analisa fundamental dan historikal yang wajib diketahui:
- Shareholder composition, baca tulisan terdahulu, management atau insider perusahaan harus memiliki jumlah kepemilikan yang besar jika dibandingkan dengan kepemilikan publik. Artinya, jika perusahaan itu bagus, tentunya management tidak akan menjual kepemilikannya di perusahaan tersebut.
- PBV atau harga buku, jika nilainya kurang dari satu, maka jika perusahaan itu bangkrut, masih akan ada sisa modal. Perusahaan yang PBVnya lebih dari satu, belum tentu perusahaan yang jelek, malah bisa saja perusahaan yang bagus karenanya dihargai premium oleh pasar.
- DER atau perbandingan antara utang dengan sisa modal. Nilai ini harus sekecil mungkin, artinya perusahaan tersebut tidak memiliki utang.
- ROE atau tingkat pengembalian modal. Nilai ini harus lebih besar jika dibandingkan dengan DER. Setiap perusahaan biasanya memiliki utang sebagai salah satu upaya untuk mendongkrak kinerjanya. Nah jika ROE lebih besar dari DER, maka perusahaan berkembang.
- Deviden, laba yang dibagi ke pemegang saham. Artinya perusahaan tidak pelit. Kalau kamu nyangkut, maka tiap tahun masih dapat deviden.

Lima elemen diatas merupakan ciri perusahaan yang sehat. Tidak butuh waktu lima menit untuk melakukan analisa tersebut. Anda bisa menggunakan RTI business untuk mencari informasi tersebut. Berikut adalah salah satu contoh, kita ambil emiten UNVR atau Unilever Indonesia Tbk.

Berikut adalah rincian fundamental dan historikalnya.

Dari segi kepemilikan OK. Masyarakat hanya memiliki 15% saham. Kita lanjutkan ke segi valuasinya.
Dari segi deviden, UNVR membagikan deviden. PBV = 48x. Sudah mahal. ROE, modal yang dikeluarkan investor tumbuh 2x dalam setahun (106%). Wow. Pantas saja PBVnya tinggi. Namun, sayangnya DERnya juga tinggi sekali. Jika modal kita balik 2x karena ROEnya >100%, maka semuanya impas buat bayar utang. 

UNVR ini tipe perusahaan premium, yang dilihat dari segi valuasinya sudah sulit tumbuh lagi, dilihat dari valuasinya diatas. Mari, kita lihat dari segi perubahan harga sahamnya di pasar modal.


Yups, jika kamu megang saham ini dari tiga tahun yang silam, maka saat ini masih minus 4%. Beda ketika pegang dari lima tahun silam, maka masih cuan sekitar 47%. Artinya, harganya sudah stagnan. 

Dilihat dari DPR atau deviden payout ratio, yang nilainya lebih dari 100%, artinya adalah seluruh keuntungan dibagikan ke pemegang saham, dengan deviden yield cuma 2,7%. Masih lebih besar jika dibandingkan dengan deposito bank, artinya perusahaan ini sudah tidak menarik. Tentu saja untuk saat ini.

Jika dilihat dari rumus valuasi Stockbit (program ini berbayar).


Yups, margin of safetynya cuma 6%. Sudah mendekati harga wajar perusahaan. 

Ini dari segi fundamental ya kawan-kawan. Tetepi dari segi teknikal bisa berkata lain. Karena harga yang terbentuk di pasar adalah harga yang menurut persepsi masing-masing orang. Orang bisa berkata barang A mahal, sedangkan yang lain berkata itu murah. 

Kita sambung mengenai analisa teknikal pada tulisan selanjutnya.

Sunday, November 3, 2019

Trading Saham - Lot, Tick and Budget

Money management adalah satu hal yang penting untuk dikuasai supaya bisa bertahan di pasar modal. Beberapa tulisan sebelumnya, juga pernah mengupas mengenai pentingnya money management ini. Tanpa money management yang baik, Sobat Investor hanya akan buang uang saja di pasar modal dan pada akhirnya bangkrut. Dengan money management yang baik, kita bisa menangkap setiap opportunity yang ada dan meminimalisir resiko "nyamgkut". Tidak sedikit trader menjelek-jelekkan, tidak bisa move-on dari suatu saham karena terlanjur percaya bahwa saham itu akan mendatangkan profit bagi mereka. Hal ini membuat mereka melupakan money management, sehingga begitu saham yang diharapkannya naik, tetapi malah turun, mereka menjadi jengkel dan kesal. Apalagi ketika semakin ditahan, saham itu semakin turun. Ketika kesal dan marah tidak menyelesaikan masalah dan malah memperburuk keadaan, maka untuk menanggulangi rasa sakit tersebut, terkadang muncul sikap "denial". Sebuah sikap yang ingin menunjukkan bahwa sebenarnya yang dia lakukan ketika masuk ke dalam saham tersebut adalah sebuah sikap yang benar. Maka ia munculkan beberapa teori untuk mendukung sikapnya tersebut. Biasanya mereka akan menyoroti bahwa perusahaan ini, meskipun harga sahamnya turun, tetapi dari segi fundamental bagus, tidak ada isu miring terkait perusahaan dan lain sebagainya. Hingga pom-pom untuk menarik trader lain masuk ke dalam saham dimana dia nyangkut tersebut. Yups, penderitaan membutuhkan kawan.

Untuk menghindari hal tersebut, tentulah money management dibutuhkan. Dan, metode ini sangatlah spesifik orang-perorang Sobat Investor. Tidak bisa satu orang menerapkan money management yang sama karena style trading dan jumlah modal tiap orang juga berbeda. Lebih dari itu, money management adalah strategi, dimana permainan trading adalah zero sum game. Artinya, tidak ada orang yang bisa memperoleh keuntungan, tanpa yang lainnya mengalami kerugian. Namun, pasar adalah mengenai tentang persepsi. Mahal dan murah sebuah saham adalah persepsi. Dan, untung maupun rugi tidak akan terealisasi sebelum transaksi dilakukan. Tidak ada yang pernah tahu bagaimana nasib perusahaan tersebut di masa depan. Yang bisa kita lihat adalah sejarah angka-angka dan juga pencapaian perusahaan saat ini, tanpa diketahui bagaimana di masa depan. Berita bagusnya, semua hal tersebut sudah bisa diprediksi dan dengan money management yang baik,akan mencegah kejadian yang diceritakan pada paragraf sebelumnya.

Sobat Investor, setelah modal trading kamu siapkan, bagilah uang kamu menjadi tiga bagian sesuai dengan tulisan terdahulu. Tidak harus sama rata dan uang yang dibelanjakan untuk membeli saham disarankan lebih dari satu saham dan tidak berada pada pemilik yang sama maupun jenis usaha yang sama.

Pemilihan saham harus disesuaikan dengan modal kamu dan kemampuan kamu dalam melakukan analisa. Jangan memilih saham yang harga per lotnya sudah mencapai puluhan ribu jika modal kamu cekak. Aturan Lot and Tick berikut akan mempermudah Sobat Investor dalam memilih sebuah saham. Sebagai perhatian, mimin lebih senang menggunakan cara average piramiding dalam membeli sebuah saham. Hal ini untuk menghindari over-trade dan gerakan tipuan yang dilakukan oleh trader besar.

Misalkan, dana untuk satu saham, Sobat Investor tetapkan sebesar lima juta rupiah. Maka, aturan Lot  and Tick adalah sebagaimana berikut:


Tabel diatas menunjukkan fraksi harga tiap tick yang ditunjukkan oleh golongan harga saham. Kita ambil contoh, misalkan untuk harga saham 200-500, fraksi harga yang diperbolehkan dalam bid dan offer adalah kelipatan dua. Misalkan saham SRIL berikut

Nah, semakin kecil harga saham, maka akan semakin kecil tingkat fraksi dalam bid-offer, namun perubahan harga rata-rata menjadi semakin signifikan. Perubahan 4 tick di SRIL, atau 8 rupiah adalah sama dengan gain/loss sebanyak 2%. Kita juga bisa mendapatkan lot yang lebih banyak untuk harga saham yang rendah. Dengan modal lima juta, kita bisa mendapatkan lebih dari 100 lot untuk saham dengan kisaran harga 200-500, sedangkan jika harga sahamnya diatas 10ribu, malah tidak ada yang bisa dibeli. Jumlah lot yang banyak ini penting, karena kita bisa melakukan average. Misalkan, ketika mengetahui harga saham di kisaran 200-500 dan modal 5 juta, Kita bisa melakukan pembelian pertama 20, pembelian kedua 30 dan pembelian ketiga 50. Tentunya bisa disesuaikan, tidak mesti demikian. Piramiding ini penting dalam money management karena misalkan,

- Harga awal saham 1000, kamu beli 10 lot denga harga 1 juta.
- Harga turun menjadi 500, kamu beli 20 lot dengan harga 1 juta (turun 50%)
- Maka, rata-rata harga saham kamu adalah 2juta/30 = 666
- Ketika, harga saham rebound 30% ke harga 667, maka kamu sudah impas. Dan, dari angka 667, masih ada space untuk kenaikan ke 1000 lagi.

Berbeda ceritanya, jika pada saat turun ke 500, cuma beli 10 lot saja. Maka rata-rata adalah 1.5jta/20 = 750. Ketika naik kembali 50%, ke 750, maka baru impas. Satu hal yang perlu dicermati adalah naik 50% tidak sama dengan turun 50%. Maka dari itu, pedoman ketika membeli saham, janganlah jumlah lot, tetapi jumlah modal.

Mimin harap penjabaran kali ini bisa membantu Sobat Investor semua dalam memahami dasar aturan tick and lot dalam money management. Pada kesempatan selanjutnya, akan dibahas mengenai dasar bagaimana melakukan trading khususnya untuk para pekerja kantoran.

Keep Stay Tuned

Friday, November 1, 2019

Kenali Saham yang Anda Beli - Menyelusuri Emiten Saham

Sobat Investor dimanapun kalian berada, Saya ucapkan terimakasih kepada yang telah mengikuti tulisan ini dari awal. Setelah sebelumnya, dibahas mengenai overview dari pasar modal, kali ini akan secara khusus kita ambil emiten untuk dibahas pada kesempatan kali ini. 

Saya harap, Sobat Investor sekalian membaca tulisan terdahulu pada tautan diatas, untuk memahami secara implisit apa yang akan mimin utarakan pada kesempatan kali ini. Mimin akan ambil, emiten MPMX atau Mitra Pinasthika Mustika Tbk. 

Masih menggunakan program RTI, mari kita lihat profil perusahaannya.


Kita bisa lihat dari historical data tersebut bahwa perusahaan mulai tercatat di bursa pada 29 Mei 2013. Harga yang ditawarkan kepada publik adalah 1500 dengan jumlah saham yang dibagikan adalah 970 juta. Dan seterusnya ... Informasi yang paling penting adalah Shareholders Composition

Shareholders Composition menjelaskan siapa pemegang saham dan sekaligus turut menentukan arah kebijakan yang diambil oleh perusahaan. Perusahaan yang dikelola dengan bagus, tentu saja tidak akan "menjual" sahamnya ke masyarakat. Sebagaimana diketahui, sebagian laba perusahaan akan disetor ke Shareholder dalam bentuk deviden. Maka, jika partisipasi publik sebagai shareholder cukup banyak jika dibandingkan dengan investor maupun managemen, maka kita wajib curiga mengenai performa sebuah perusahaan. 

MPMX memiliki tingkat outstanding saham yang dimiliki oleh publik sebesar 22% atau sekitar 1 milyar saham. Yang kita perhatikan saat ini adalah persennya. Angka tersebut bisa dikatakan masih rendah, mengingat yang dipegang PT. Saratoga adalah diatas 50%. Jadi, masih ada kepercayaan di tangan investor bahwa perusahaan ini akan terus menghasilkan laba bagi mereka.

Mari lihat perbandingan dengan saham yang lannya. Ambil contoh, yakni emiten BIPI atau Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk.  Harga saham BIPI saat ini adalah 50 rupiah, yakni harga terendah yang diperbolehkan oleh BEI. Mari dilihat Shareholders Composition-nya: 


Hampir 50% dikuasai oleh publik. Jadi, tidak heran jika harga sahamnya juga jatuh. 

Setelah mengetahui pentingnya shareholder, saatnya kini mengamati bagaimana peredaran saham tersebut di pasar bursa. Kita perhatikan angka jumlah saham MPMX yang dimiliki oleh publik, yakni sebesar 1 milyar saham. Saham yang dimiliki oleh publik ini kita anggap identik dengan saham yang ditransaksikan secara reguler. Mari kita lihat, berapa volume saham MPMX yang ditransaksikan tiap hari.


Rata-rata adalah sebesar 3,3 juta saham. Dari 1 milyar saham yang dipegang oleh publik, tiap hari hanya sekitar 3,3/1000 *100% = 0,33% saham berpindah tangan atau tidak sampai 1 persen dari total keseluruhan saham. 

Apa artinya? Misalkan kita asumsikan hukum pareto terjadi, bahwa 20% orang menguasai 80% aset. Maka dari 1 milyar saham, sebanyak 800 juta saham dikuasai oleh segelintir orang. Orang-orang inilah yang menentukan trend kemana harga saham akan dibawa. Lebih jauh lagi, berapa orang yang berada di 20% tersebut. Mari kita lihat frekuensi perdagangan dalam satu hari


Kita bulatkan jadi 200, untuk mempermudah perhitungan. Jika frekuensi mewakili tiap orang yang bertransaksi. Maka 20% dari 200 adalah 40 orang. Maka ada 40 orang yang menguasai 800 juta saham. Tiap orang menguasai 20 juta saham. Kita ganti kata orang dengan institusi. 

Jika misalkan satu institusi ingin out, maka bisa jadi butuh satu minggu barang dia baru habis karena jumlah transaksi setiap hari rata-rata cuma 3,3 juta. Namun, hal ini tidak mungkin terjadi, pasalnya institusi tersebut harus membuat demand, karena jika tidak, harga akan jatuh dan mereka jual rugi. Sama dengan ketika mereka ingin beli, tentu harus buat supply yang besar. Inilah yang kemudian memunculkan gerakan-gerakan yang dipelajari dalam ilmu teknikal mengenai gerakan saham. Harga pergerakan harga saham memiliki arti historis dimana para institusi ini melakukan aksi baik jual maupun beli. Hal ini memunculkan istilah trend, support-resistan, break-out etc. 

Tentunya contoh diatas adalah sebuah perumpamaan, namun hal ini bisa jadi sebuah guide bagi kita semua bahwa sebagai Investor ritel kita tidak bisa menentukan harga sebuah saham karena kita jelas kalah jauh segalanya. Software yang kita pakai pun gratisan hehehe....

Namun, jangan salah, kita juga memiliki kelebihan, bahwa kita bebas menentukan saham mana yang kita pilih, kita tidak dikejar oleh target, kita memiliki waktu yang lebih longgar dan sebagainya. Hal inilah keistimewaan yang dimiliki oleh investor ritel dan harus benar bisa dimanfaatkan.

Mimin kurang setuju dengan aturan yang membatasi kita dalam trade, misalkan pasang trailing stop di harga ini, cut loss disini dan sebagainya. Hal ini dikarenakan cara ini sangat tidak fleksibel dan beresiko over-trade. Ingat, ada potongan komisi tiap kita melakukan transaksi jual-beli saham. Jangan sampai komisi ini malah membebani kita. Untuk saham dengan fundamental bagus atau istilahnya overvalue, tentunya average down adalah hal yang kudu dilakukan. Inti dari paragraf ini sebenarnya adalah money management harus kita lakukan. Ingat, contoh diatas, satu institusi menguasai 20 juta saham. Tiap hari transaksi sekitar 3 juta saham. Ada possibility bahwa supply dan demand yang terjadi bersifat artifisial, yang sebenarnya hanya untuk menarik para investor ritel untuk masuk ke dalam suatu saham. Ini bisa saja terjadi, harga dinaikkan seolah-olah terjadi break-out. Hal ini untuk memancing ritel masuk ke dalam sebuah saham. Setelah masuk dan BOOM, harga dihancurkan. Lihat grafik dibawah:

      
Banyak yang menyangka PGAS akan naik terus karena sudah lewat area resisten, setelah beberapa hari tertahan dan BOOM, harga jatuh dua hari belasan persen.  

Pada bagian selanjutnya, kita akan mulai masuk ke dalam tick harga. 

Keep Stay Tuned




Popular Posts