Saturday, April 4, 2020

Jangkauan Average Down dalam Trading

Anti cut-loss, penangkap pisau jatuh merupakan sebuah ungkapan populer yang digunakan saat ini. Dimana, para fundamentalis saham memiliki keyakinan bahwa harga sebuah saham yang "salah harga" patut untuk di-hold. Tidak untuk dijual, meskipun memiliki floating loss yang cukup tinggi.

Mereka berkeyakinan bahwa pada saatnya harga sebuah saham akan kembali ke nilai intrinsiknya. Ibarat meskipun floating loss tetapi kita masih bisa mendapatkan deviden yang dapat dijadikan sebagai imbalan untuk waktu tunggu kita hingga pada akhirnya harga saham kembali ke nilai wajarnya.

Nah, sebagaimana diketahui oleh Sobat Investor semuanya, IHSG 2020 telah mengalami penurunan yang cukup dalam. Bayangkan saja, selama kurang lebih tiga bulan. IHSG ambruk dari 6000 ke 4000 atau minus 30%. Dan pada saat ini rebound ke 4600.

Saham yang kita miliki bisa jadi sudah minus antara 30% hingga 50%. Lantas apakah sudah waktunya untuk nambah lot? Apakah kita menunggu saja?

Barangkali, kita berubah pikiran. Pilih average down, memanfaatkan rebound yang bisa jadi cuma sesaat. Dengan tujuan akhir untuk keluar dan jika memang momentum masih bearish kita bisa masuk lagi ketika sudah jenuh jual.

Tulisan ini adalah bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak jumlah uang yang dibutuhkan dalam proses average down sehingga ketika terjadi rebound meskipun dalam waktu short term, kita bisa keluar dalam sebuah bad trade.

General Rule

Aturan dalam trading adalah jangan pernah bertransaksi dengan memakai istilah yang abstrak. Misalkan, saya ingin average down dengan menambahkan 100 lot. Lakukan dalam jumlah uang yang anda miliki, misalkan masuk 1 juta, 5 juta dan sebagainya. Boleh memakai presentase, tapi dalam kepala anda harus gunakan nominal uang ketika bertransaksi.

Jangan pernah bandingkan nominal uang yang anda gunakan untuk bertransaksi dengan total modal yang anda miliki. Bisa jadi uang yang anda gunakan untuk transaksi sangat kecil jika dibandingkan dengan modal yang anda miliki. Masalahnya adalah ketika anda mengira uang yang anda gunakan untuk bertransaksi itu kecil. Akibatnya adalah anda akan keranjingan untuk masuk ke dalam sebuah trade, tanpa menyadari pada akhirnya modal anda sudah habis.

Scenario-1 ==> Average down 30%

Jika Sobat Investor memiliki saham yang sudah down sebanyak 30% dan tengah memiliki titik jenuh jual. Saat yang tepat untuk average down saham tersebut agar bisa keluar dari saham tersebut. Berapa jumlah uang yang saya butuhkan dan estimasi pengurangan minus saya? Berikut adalah grafiknya:

Average down saham minus -30%
Grafik ini dibuat berdasarkan basis dari modal awal yang Sobat Investor miliki dalam sebuah saham. Garis horizontal adalah modal pengali dan vertikal adalah persen minus yang anda miliki.

Cara bacanya, misalkan pada saat ini Saya memiliki saham yang sudah minus -30%, maka jika:
- Average dengan modal sama dengan modal awal beli saham, maka minus menjadi -18%
- Average dengan modal dua kali lipat dari modal awal, maka minus menjadi -11%
- Average dengan modal tiga kali lipat dari modal awal, maka minus menjadi -8%
- Average dengan modal empat kali lipat dari modal awal, maka minus menjadi -6%

Scenario-2 ==> Average down 50%

Ketika kondisi market bearish dan anda memiliki saham yang sudah minus 50%, maka berikut adalah grafik yang perlu anda cermati ketika melakukan average-down.

Average down saham minus -50%
Misalkan pada saat ini Saya memiliki saham yang sudah minus -50%, maka jika:
Average dengan modal sama dengan modal awal beli saham, maka minus menjadi -33%
- Average dengan modal dua kali lipat dari modal awal, maka minus menjadi -20%
Average dengan modal tiga kali lipat dari modal awal, maka minus menjadi -14%
- Average dengan modal empat kali lipat dari modal awal, maka minus menjadi -11%

Nah patokan yang bisa anda gunakan apabila saham anda minus -30% adalah average 2x lipat dari modal awal sehingga minus anda menjadi -11% dan jika sudah -50%, maka average anda harus 3x lipat dari modal awal sehingga minus anda menjadi -14%.

Kenapa demikian? Hal ini dikarenakan grafik average down tersebut bersifat exponensial dan ketika mendekati titik puncaknya akan cenderung mendatar. Misalkan pada grafik pertama. -30%, penambahan average 3x lipat modal awal dibandingkan 4x lipat modal awal cuma menyisakan minus dengan selisih yang amat dekat yakni 2%. Jika ternyata, saham anda yang sudah anda average down, malah terlanjur turun, maka loss yang lebih besar lagi tidak akan bisa anda hindari.

Kita sudah pernah membahas mengenai persen kenaikan dan juga persen penurunan pada tulisan berikut. 50% harga naik tidak sama dengan 50% harga turun. 

Jika anda punya saham dengan harga 1000. 50% penurunan adalah ke angka 500. Tetapi jika dari angka 500, 50% kenaikan adalah di angka 750. Untuk mencapai angka 1000 berarti sudah 100% kenaikan. Artinya, semakin kecil nilai sebuah saham, maka akan semakin sensitif tiap kenaikan maupun penurunan angka dari saham tersebut. Maka, sering kali trader memakai skala logaritmik untuk memberitahukan sinyal ke dalam otak mereka bahwa semakin kecil harga sebuah saham, maka semakin besar persen gain atas fluktuasi harga. Dan, ini harus anda pahami ketika melakukan averaging.

Demikian tulisan kali ini, semoga bermanfaat.    

No comments:

Post a Comment

Leave your comment !

Popular Posts