Jika anda sering jatuh dalam sebuah bad trade, apalagi ketika kondisi IHSG seperti quartal pertama tahun 2020 ini, tentu pengalaman yang sangat tidak menyenangkan.
Seperti mimin pernah tulis dalam sebuah posting berikut, ada faktor yang perlu diperhatikan dalam trading di bursa, yakni intermarket. Hal ini disebabkan uang akan lari ke medium yang memiliki return paling tinggi.
Mari kita lihat hubungan antara kurs USD-IDR, IHSG dan juga emas pada grafik berikut:
Bisa dilihat pada grafik diatas, bahwa antara valas USD dengan IHSG hampir berbanding terbalik. Pada saat gambar diambil, IHSG minus -21% dan USD plus 21%. Ketika USD naik, IHSG turun. Ini mengindikasikan bahwa IHSG sangat dipengaruhi oleh asing.
Juli 2019 hingga Januari 2020 bisa dilihat bahwa terjadi sideways cukup panjang antara USD dengan IDR artinya disini market berada dalam kondisi antisipasi. Dalam kondisi antisipasi tersebut, investor mulai beralih ke emas sebagai safe haven. Maka dari itu, harga emas melonjak pada saat sideways antara USD dengan IHSG sebagai upaya antisipasif. Dan benar sekali, pada akhirnya, terjadi perubahan yang signifikan setelah sideways cukup panjang dan dimenangkan oleh USD. Artinya, terjadi capital outflow asing yang besar-besaran dari IHSG.
Kita kembali lagi ke dalam inti tulisan kita, bagaimana seandainya saya belum sempat keluar dari IHSG? Artinya, saya masih punya posisi di beberapa saham dan saat ini berada dalam posisi floating loss.
Banyak orang panik dan mungkin juga merasa tertekan melihat kondisi market. Setelah kejatuhan IHSG menuju ke 4000, meskipun saat ini dalam posisi rebound, kondisinya masih belum normal seperti sediakala. Bayangan sentimen negatif terus menerus ada di sepanjang tahun 2020 ini. Hal ini mencegah publik untuk segera masuk ke pasar modal.
Cara pandang sebuah masalah bisa meneguhkan hati kita atau malah meruntuhkannya. Pikiran tidak sadar manusia tidak bisa membedakan mana antara kenangan yang riil ataupun imajinasi pengalaman. Ia bisa menangkap data apapun dan juga sekalian sebagai mesin pemroses. Maka dari itu bagaimana kita memandang sebuah peristiwa akan menentukan bagaimana respon kita terhadap apa yang sedang kita alami.
Hal ini begitu penting sebagai perspektif dan menentukan tindakan kita kedepan. Kita harus memiliki framing terhadap sesuatu sehingga kita tidak banyak bereaksi, namun beraksi. Jika kita telah memikirkan bahwa saham yang kita pilih punya potensi turun, maka kita tidak akan perlu kuatir ketika turun karena plannya sudah ada. Namun, ketika kita tidak punya rencanan saham yang kita miliki akan turun, maka kita akan bereaksi. Dan, sebagaimana umumnya reaksi yang bersifat spontan, jika kita tidak menghadapinya dengan baik, maka segala tindakan kita akan tidak terukur dan malah memperbesar masalah tersebut.
Nah, jika Sobat Investor belum tahu apa yang harus dilakukan terhadap saham yang turun, maka hal pertama yang harus kamu lakukan adalah menjawab pertanyaan kenapa kamu masuk ke dalam saham tersebut. Dari sini kita akan mengenali kekurangan kita dalam trading.
Lantas bagaimana selanjutnya, saya sudah terlanjur loss?
Tentu saja harus belajar kembali dari kesalahan yang telah lalu. Sobat investor harus belajar kembali mengenai pasar saham. Menguasai basic dari pasar saham tersebut. Salah satu contoh pertanyaan adalah apakah pergerakan harga saham dipengaruhi oleh supply-demand market atau ada pemain yang bisa mempengaruhi harga sebuah saham? Bagaimanakah kharakteristik pembentukan harga sebuah market?
Jika dasar telah dikuasai, maka Sobat Investor sudah punya gambaran terhadap saham yang saat ini sedang dipegang. Mau terus dipegang, average-down atau cut-loss.
Jadi, kondisi floating loss bisa dijadikan sebagai pelajaran. Apa yang kamu lakukan sesudahnya akan menentukan apakah floating loss ini bisa diubah menjadi floating profit. Segala hal yang terjadi pada diri kita harus kita maksimalkan untuk menyiapkan diri kita lebih baik di masa depan.
Seperti mimin pernah tulis dalam sebuah posting berikut, ada faktor yang perlu diperhatikan dalam trading di bursa, yakni intermarket. Hal ini disebabkan uang akan lari ke medium yang memiliki return paling tinggi.
Mari kita lihat hubungan antara kurs USD-IDR, IHSG dan juga emas pada grafik berikut:
Grafik inter-market |
Bisa dilihat pada grafik diatas, bahwa antara valas USD dengan IHSG hampir berbanding terbalik. Pada saat gambar diambil, IHSG minus -21% dan USD plus 21%. Ketika USD naik, IHSG turun. Ini mengindikasikan bahwa IHSG sangat dipengaruhi oleh asing.
Juli 2019 hingga Januari 2020 bisa dilihat bahwa terjadi sideways cukup panjang antara USD dengan IDR artinya disini market berada dalam kondisi antisipasi. Dalam kondisi antisipasi tersebut, investor mulai beralih ke emas sebagai safe haven. Maka dari itu, harga emas melonjak pada saat sideways antara USD dengan IHSG sebagai upaya antisipasif. Dan benar sekali, pada akhirnya, terjadi perubahan yang signifikan setelah sideways cukup panjang dan dimenangkan oleh USD. Artinya, terjadi capital outflow asing yang besar-besaran dari IHSG.
Kita kembali lagi ke dalam inti tulisan kita, bagaimana seandainya saya belum sempat keluar dari IHSG? Artinya, saya masih punya posisi di beberapa saham dan saat ini berada dalam posisi floating loss.
Banyak orang panik dan mungkin juga merasa tertekan melihat kondisi market. Setelah kejatuhan IHSG menuju ke 4000, meskipun saat ini dalam posisi rebound, kondisinya masih belum normal seperti sediakala. Bayangan sentimen negatif terus menerus ada di sepanjang tahun 2020 ini. Hal ini mencegah publik untuk segera masuk ke pasar modal.
Cara pandang sebuah masalah bisa meneguhkan hati kita atau malah meruntuhkannya. Pikiran tidak sadar manusia tidak bisa membedakan mana antara kenangan yang riil ataupun imajinasi pengalaman. Ia bisa menangkap data apapun dan juga sekalian sebagai mesin pemroses. Maka dari itu bagaimana kita memandang sebuah peristiwa akan menentukan bagaimana respon kita terhadap apa yang sedang kita alami.
Hal ini begitu penting sebagai perspektif dan menentukan tindakan kita kedepan. Kita harus memiliki framing terhadap sesuatu sehingga kita tidak banyak bereaksi, namun beraksi. Jika kita telah memikirkan bahwa saham yang kita pilih punya potensi turun, maka kita tidak akan perlu kuatir ketika turun karena plannya sudah ada. Namun, ketika kita tidak punya rencanan saham yang kita miliki akan turun, maka kita akan bereaksi. Dan, sebagaimana umumnya reaksi yang bersifat spontan, jika kita tidak menghadapinya dengan baik, maka segala tindakan kita akan tidak terukur dan malah memperbesar masalah tersebut.
Nah, jika Sobat Investor belum tahu apa yang harus dilakukan terhadap saham yang turun, maka hal pertama yang harus kamu lakukan adalah menjawab pertanyaan kenapa kamu masuk ke dalam saham tersebut. Dari sini kita akan mengenali kekurangan kita dalam trading.
Lantas bagaimana selanjutnya, saya sudah terlanjur loss?
Tentu saja harus belajar kembali dari kesalahan yang telah lalu. Sobat investor harus belajar kembali mengenai pasar saham. Menguasai basic dari pasar saham tersebut. Salah satu contoh pertanyaan adalah apakah pergerakan harga saham dipengaruhi oleh supply-demand market atau ada pemain yang bisa mempengaruhi harga sebuah saham? Bagaimanakah kharakteristik pembentukan harga sebuah market?
Jika dasar telah dikuasai, maka Sobat Investor sudah punya gambaran terhadap saham yang saat ini sedang dipegang. Mau terus dipegang, average-down atau cut-loss.
Jadi, kondisi floating loss bisa dijadikan sebagai pelajaran. Apa yang kamu lakukan sesudahnya akan menentukan apakah floating loss ini bisa diubah menjadi floating profit. Segala hal yang terjadi pada diri kita harus kita maksimalkan untuk menyiapkan diri kita lebih baik di masa depan.
No comments:
Post a Comment
Leave your comment !