1. Reksadana pasar uang adalah reksadana yang paling stabil, dimana nilai NAVnya rata-rata menunjukkan kenaikan, meskipun jumlah kenaikannya lebih sedikit jika dibandingkan dengan ketiga kategori reksadana lainnya.
2. Reksadana lainnya, kecuali pasar uang, memiliki pola yang sama dengan volatilitas yang berbeda.
Dari kedua poin tersebut, maka reksadana yang dipilih hanyalah dua macam, yakni reksadana pasar uang dan juga reksadana saham. Reksadana pasar uang, memberikan kita stabilitas, sedangkan reksadana saham diperlukan ketika kita ingin mencari keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Bahasa lainnya, ada kalanya bersikap defensif dan ada kalanya untuk rakus. Dan, tentu saja, hal ini berkaitan dengan timing.
Mari kita lihat, beberapa pergerakan produk reksadana saham unggulan atau yang memiliki return tertinggi terhadap pergerakan daripada IHSG atau indeks harga saham gabungan. IHSG ini adalah kumpulan rata-rata harga semua saham yang ada di Indonesia.
Pada gambar diatas, bisa dilihat produk reksadana saham dari ketiga MI, menunjukkan pola yang hampir mirip dengan yang ditunjukkan oleh indeks IHSG. Meskipun demikian, lepas daripada bulan januari menunjukkan pergerakan yang berbeda-beda atau beda volatilitas. Semakin volatilitasnya tinggi, reward dan gainnya juga akan semakin tinggi.
Dari fakta yang ditunjukkan diatas, maka timing untuk masuk ke dalam sebuah reksadana saham menjadi sangat penting. Ketika pola reksadana saham, mengacu pada pola IHSG, maka kita harus mempelajari fase siklus daripada IHSG. Hal ini pernah dibahas dalam tulisan
Wibie G, namun penulis lebih senang dengan
teori Dow untuk menggambarkan kondisi pasar modal.
|
Dow Theory |
Pada teori tersebut, kita dapat menggambarkan dua kondisi pasar, yakni kondisi ketika harga saham naik dan juga kondisi ketika harga saham turun. Dua kondisi ini, dikenal dengan sebutan trend. Jika naik, uptrend, ketika turun, downtrend.
Diantara kedua fase tersebut, ada fase ketika harga zig-zag, atau biasa dikenal dengan kondisi sideways.
Memahami fase ini sangat penting, karena kita bisa memastikan kapan kita bisa menambah porsi kita di reksadana saham untuk mendapatkan profit sebanyak-banyaknya. Dan, kapan harus mengurangi porsinya dan lebih banyak memegang reksadana pasar uang.
Mari kita ambil contoh sebuah reksadana saham berikut ini:
Reksadana berikut bersifat menunjukkan trend naik dari April 2017 hingga Juni 2018. Namun, lihat grafik selanjutnya, yang bermula dari Juni 2018 hingga October 2018.
Kondisinya adalah sideways dengan kecenderungan trend turun. Jika Sobat Net masuk ke dalam reksadana ini pada bulan Juni, maka kemungkinan besar, saat ini Sobat Net tidak mendapatkan profit sama sekali. Pada kondisi seperti ini, buy and hold bukanlah sebuah solusi yang tepat. Tetapi, swing trading, artinya keluar-masuk reksadana saham merupakan pilihan yang bijak. Maka, opsi "switching" yang artinya pindah produk reksadana untuk satu MI yang sama bisa digunakan. Misalkan, dari reksadana saham ke reksadana pasar uang. Beberapa orang, malahan ada yang lebih bersifat lebih agresif, dengan cara "top-up" ketika nilai reksadananya turun. Sehingga rata-rata akan mendapatkan NAV yang lebih rendah. Cara ini disebut dengan "average down". Semua tergantung daripada Sobat Net, selalu pengambil keputusan. Bagaimanapun, kita tidak pernah mengetahui aksi pasar. Perlu diketahui juga, berapa fee MI ketika aksi switching dipilih.
Jika dilihat pada IHSG diatas,
bisa dilihat bahwa dari maret hingga juli 2018, IHSG cenderung turun, meskipun demikian, nilai reksadana saham tetap naik. Hal ini bisa terjadi, karena pada bulan-bulan tersebut, banyak perusahaan membagikan
devidennya. Lepas daripada bulan tersebut, polanya sama-sama
sideways antara reksadana saham dengan IHSG, tetapi dengan volatilitas yang berbeda.
Hal ini memberikan petunjuk pada kita semua semua bahwa masuk ke reksadana saham, paling bagus adalah di saat banyak perusahaan yang membagikan deviden yakni diawal-awal tahun.
Tulisan ini bukan menjadi pedoman untuk berinvestasi, namun hanya sebagai analisa penulis dalam menentukan timing masuk ke dalam reksadana saham. Segala kerugian dan keuntungan, yang menanggung adalah Sobat Net. Tetap ingat, high risk- high gain. Pahami resikonya, baru keuntungannya.
Pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai fintech investasi melalui Surat Berharga Negara.
Keep Stay Tuned.