Wednesday, October 31, 2018

Info: Pengumuman Channel Telegram InternetMarket

Para Sobat Net, kawan-kawan mimin semua, pada kesempatan kali ini mimin dalam keadaan yang berbahagia menyampaikan bahwa blog ini memiliki Channel Telegram yang khusus akan memberitakan segala sesuatu yang berhubungan dengan investasi maupun cara mendapatkan uang di Internet.

Jangan lupa untuk join dengan Channel Telegram "Internet Market" melalui tautan berikut: 


Saya ucapkan selamat bergabung. Semoga bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin.


Tertanda,

Admin Blog - OurInternetMarket

Tuesday, October 30, 2018

Seri Investasi (14): Investree- P2P Lending (Bagian-2)

Pada bagian sebelumnya, telah dijelaskan mengenai platform Investree sebagai salah satu fintech yang menawarkan berbagai macam investasi mulai dari mitra pemerintah dalam menawarkan SBN dan juga investasi reksadana. Sebenarnya, Investree adalah sebuah fintech yang platform utamanya yang melayani fasilitas peminjaman. Pada kesempatan kali ini, mimin akan membahas Investree sebagai platform P2P Lending.

Pada Investree, yang merupakan sebuah fintech P2P Lending, cara kerjanya sudah pernah dibahas pada tulisan terdahulu. Pada kali ini, kita akan lebih fokus pada fasilitas yang dimiliki oleh Investree.
Cara kerja Platform Investree
Investree memiliki dua jenis pembiayaan pinjaman yang dapat kita danai, yaitu secara konvensional maupun secara syariah. Jadi, bagi Sobat Net yang ingin mendapatkan keuntungan dari fintech P2P Lending, namun menghindari riba, bisa mencoba fintech Investree ini. Untuk mengetahui pinjaman mana saja yang dibuat secara syariah, bisa  dilihat dengan mudah di daftar pinjaman karena memiliki tanda "syariah" di jenis pinjamannya seperti ditunjukkan pada gambar dibawah.

Tanda pinjaman Syariah di Investree
Bagaimana dengan resikonya? 
Untuk tiap - tiap pinjaman sudah memiliki grade/ peringkatnya masing-masing. Semakin tinggi peringkatnya, maka bunganya semakin kecil. Meskipun demikian, peringkat dengan pinjaman yang tinggi merupakan pinjaman dengan tingkat resiko kecil. Berikut adalah grade dari Investree.

Jika dilihat, pinjaman dengan peringkat tertinggi, yakni A1++, memiliki tingkat bunga 12% pertahun. Tingkat pengembalian yang tinggi daripada deposito maupun Reksadana Pasar Uang. 

Melalui platform ini, Sobat Net jangan takut apabila uang disalahgunakan oleh pemilik situs, karena dengan mendaftar Investree, otomatis Sobat Net akan dibuatkan rekening atas nama pribadi yang nantinya pihak Investree hanya boleh memindahkan dana atas permintaan Sobat Net. Fasilitas lainnya, jika misalkan Sobat Net, tidak memiliki pinjaman yang ingin dibiayai karena kriteria yang kurang cocok, maka uang yang ada di rekening Sobat Net, bisa dipindah sementara ke fasilitas reksadana yang tersedia. 
Bagaimana dengan pencairan pinjaman?
Untuk pembayaran pinjaman, waktu jatuh temponya bisa dilihat di situs Investree tersebut dan apabila sudah dibayarkan oleh peminjam, akan diinfokan melalui email. Berikut adalah contoh info pengembalian pinjaman yang diterima di email, lengkap dengan jumlah bunga dan juga potongan pajak
Contoh info pembayaran pinjaman yang dikirim ke e-mail 
Banyak sekali yang dapat dibahas mengenai Investree. Namun, pada posting kali ini, mimin cukupkan sampai disini karena inti dari platform P2P Lending, khususnya Investree sudah mencakup semua apa yang ingin mimin sampaikan kepada Sobat Net. P2P Lending bisa menjadi salah satu investasi yang mengasyikan karena tingkat pengembalian yang cukup tinggi.

Mudah-mudahan tulisan ini bisa bermanfaat. Bagi Sobat Net yang ingin mendaftar Investree, silahkan mendaftar melalui tautan berikut.

Selamat Berinvestasi

Saturday, October 27, 2018

Seri Investasi (13): Investree-SBN, Reksadana, P2P (Bagian-1)

Sobat Net, kali ini akan dibahas mengenai fintech investree. Investree pada mulanya adalah sebuah fintech yang menyediakan produk utama, berupa peer-to-peer lending. Namun, pada perkembangannya, ia menjadi mitra distribusi untuk Surat Berharga Negara dan juga menawarkan produk reksadana. Diversifikasi inilah yang membuat penulis untuk mengupas mengenai fintech Investree pada kesempatan kali ini. Meskipun begitu, jenis reksadana hanya terbatas pada satu jenis saja. Mudah-mudahan, di waktu mendatang, akan lebih banyak jenis reksadana yang ditawarkan oleh Investree.

Kebetulan pada bulan November 2018, pemerintah akan menawarkan investasi SBN dalam bentuk sukuk dan Investree, lagi-lagi, mendapatkan kesempatan untuk menjadi mitra distribusi. Salah satu kelebihan yang ditawarkan investree adalah bonus 1% apabila membeli sukuk di Investree. Tentu saja, kesempatan ini jangan sampai dilewatkan.

Investasi SBN Sukuk di Investree

Bagaimana cara mendaftar Surat Berharga Syariah Negara di Investree? 

Perlu diketahui, untuk Sukuk Tabungan ST-002, hanya ditawarkan pada 1-22 November 2018. Jadi, Sobat Net hanya bisa memesannya pada tanggal tersebut. Sebelum dipesan, Sobat Net, tentu harus mendaftar terlebih dahulu di fintech Investree. Caranya bisa jadi sama dengan pendaftaran SBR pada periode lalu, yang bisa disimak melalui gambar dibawah:
Beli SBR004 di Investree
Selain SBN, Investree juga memiliki produk reksadana. Reksadana pada Investree yang saat ini masih tersedia satu buah, yakni pasar uang dengan MI Trimegah.
Reksadana di Investree dengan MI Trimegah
Reksadana ini bisa sebagai tempat parkir sementara dari dana kita ketika belum mendapatkan pinjaman yang sesuai dengan profil yang kita inginkan. Dana bisa langsung diambil dari rekening Investree yang dibuat atas nama kita.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai produk utama dari Investree, yakni platform peer-to-peer lending, kita akan bahas pada posting selanjutnya. Sementara, bagi Sobat Net yang berminat untuk daftar Investree, bisa klik tautan berikut.

Keep Stay Tuned

Saturday, October 13, 2018

Seri Investasi (11): Strategi dalam Investasi Reksadana (2)

Pada tulisan sebelumnya, telah dijelaskan mengenai dua hal:
1. Reksadana pasar uang adalah reksadana yang paling stabil, dimana nilai NAVnya rata-rata menunjukkan kenaikan, meskipun jumlah kenaikannya lebih sedikit jika dibandingkan dengan ketiga kategori reksadana lainnya.
2. Reksadana lainnya, kecuali pasar uang, memiliki pola yang sama dengan volatilitas yang berbeda.

Dari kedua poin tersebut, maka reksadana yang dipilih hanyalah dua macam, yakni reksadana pasar uang dan juga reksadana saham. Reksadana pasar uang, memberikan kita stabilitas, sedangkan reksadana saham diperlukan ketika kita ingin mencari keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Bahasa lainnya, ada kalanya bersikap defensif dan ada kalanya untuk rakus. Dan, tentu saja, hal ini berkaitan dengan timing

Mari kita lihat, beberapa pergerakan produk reksadana saham unggulan atau yang memiliki return tertinggi terhadap pergerakan daripada IHSG atau indeks harga saham gabungan. IHSG ini adalah kumpulan rata-rata harga semua saham yang ada di Indonesia.  


Pada gambar diatas, bisa dilihat produk reksadana saham dari ketiga MI, menunjukkan pola yang hampir mirip dengan yang ditunjukkan oleh indeks IHSG. Meskipun demikian, lepas daripada bulan januari menunjukkan pergerakan yang berbeda-beda atau beda volatilitas. Semakin volatilitasnya tinggi, reward dan gainnya juga akan semakin tinggi. 

Dari fakta yang ditunjukkan diatas, maka timing untuk masuk ke dalam sebuah reksadana saham menjadi sangat penting. Ketika pola reksadana saham, mengacu pada pola IHSG, maka kita harus mempelajari fase siklus daripada IHSG. Hal ini pernah dibahas dalam tulisan Wibie G, namun penulis lebih senang dengan teori Dow untuk menggambarkan kondisi pasar modal.
Dow Theory

Pada teori tersebut, kita dapat menggambarkan dua kondisi pasar, yakni kondisi ketika harga saham naik dan juga kondisi ketika harga saham turun. Dua kondisi ini, dikenal dengan sebutan trend. Jika naik, uptrend, ketika turun, downtrend.

Diantara kedua fase tersebut, ada fase ketika harga zig-zag, atau biasa dikenal dengan kondisi sideways.  

Memahami fase ini sangat penting, karena kita bisa memastikan kapan kita bisa menambah porsi kita di reksadana saham untuk mendapatkan profit sebanyak-banyaknya. Dan, kapan harus mengurangi porsinya dan lebih banyak memegang reksadana pasar uang. 

Mari kita ambil contoh sebuah reksadana saham berikut ini:

  
Reksadana berikut bersifat menunjukkan trend naik dari April 2017 hingga Juni 2018. Namun, lihat grafik selanjutnya, yang bermula dari Juni 2018 hingga October 2018.


Kondisinya adalah sideways dengan kecenderungan trend turun. Jika Sobat Net masuk ke dalam reksadana ini pada bulan Juni, maka kemungkinan besar, saat ini Sobat Net tidak mendapatkan profit sama sekali. Pada kondisi seperti ini, buy and hold bukanlah sebuah solusi yang tepat. Tetapi, swing trading, artinya keluar-masuk reksadana saham merupakan pilihan yang bijak. Maka, opsi "switching" yang artinya pindah produk reksadana untuk satu MI yang sama bisa digunakan. Misalkan, dari reksadana saham ke reksadana pasar uang. Beberapa orang, malahan ada yang lebih bersifat lebih agresif, dengan cara "top-up" ketika nilai reksadananya turun. Sehingga rata-rata akan mendapatkan NAV yang lebih rendah. Cara ini disebut dengan "average down". Semua tergantung daripada Sobat Net, selalu pengambil keputusan. Bagaimanapun, kita tidak pernah mengetahui aksi pasar. Perlu diketahui juga, berapa fee MI ketika aksi switching dipilih.

Jika dilihat pada IHSG diatas, bisa dilihat bahwa dari maret hingga juli 2018, IHSG cenderung turun, meskipun demikian, nilai reksadana saham tetap naik. Hal ini bisa terjadi, karena pada bulan-bulan tersebut, banyak perusahaan membagikan devidennya. Lepas daripada bulan tersebut, polanya sama-sama sideways antara reksadana saham dengan IHSG, tetapi dengan volatilitas yang berbeda. Hal ini memberikan petunjuk pada kita semua semua bahwa masuk ke reksadana saham, paling bagus adalah di saat banyak perusahaan yang membagikan deviden yakni diawal-awal tahun. 

Tulisan ini bukan menjadi pedoman untuk berinvestasi, namun hanya sebagai analisa penulis dalam menentukan timing masuk ke dalam reksadana saham. Segala kerugian dan keuntungan, yang menanggung adalah Sobat Net. Tetap ingat, high risk- high gain. Pahami resikonya, baru keuntungannya. 

Pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai fintech investasi melalui Surat Berharga Negara.

Keep Stay Tuned.

Thursday, October 11, 2018

Seri Investasi (10): Strategi dalam Investasi Reksadana (1)

Sobat Net, pada edisi ke-10 ini akan dibahas mengenai strategi dalam berinvestasi reksadana. Setelah sebelumnya, kita membahas mengenai teori reksadana, kemudian dilanjut dengan fintech reksadana, maka saat ini, akan dilanjutkan dengan strategi berinvestasi reksadana.

Sudah banyak tulisan yang membahas mengenai cara berinvestasi melalui reksadana. Beberapa diantaranya bisa kita temukan: lewat situs https://reksadanauntukpemula.com/, tulisan dari Wibie G dan lain sebagainya. Kali ini, kita akan coba untuk merangkum dari beberapa sumber tersebut dan coba untuk mengaplikasikan apa yang menjadi prinsip dalam berinvestasi melalui reksadana.

Hal yang pertama untuk kita ketahui adalah mengenai karakter reksadana. Ini pernah dibahas pada tulisan mengenai teori reksadana dan akan kita tampilkan lagi grafik indeks untuk semua jenis reksadana.
Hal yang sangat penting untuk diketahui dari grafik tersebut adalah bahwa reksadana pasar uang adalah satu-satunya tipe reksadana yang paling aman. Nilainya akan terus naik, tidak peduli hal apapun yang tengah terjadi di pasar modal. Ini bisa dilihat dari garis grafik reksadana pasar uang yang terus naik dan tetap stabil. Ia bersifat defensif terhadap kondisi pasar modal. Tahan segala cuaca. Berinvestasi pada reksadana pasar uang, Sobat Net bisa tidur dengan nyenyak, tanpa harus was-was berpikir apakah nilai reksadana saya akan naik atau turun pada keesokan harinya. Sudah bisa dipastikan nilainya akan naik, kecuali jika mengandung obligasi.  

Namun, hal yang berbeda malah ditunjukkan oleh ketiga jenis reksadana yang lainnya.  Jika merujuk dari faktor ganjaran (reward) dan resiko (risk), antara ketiga jenis reksadana yang tersisa, maka kira-kira manakah yang Sobat Net pilih? 

Naik-turunnya sebuah harga reksadana ditentukan oleh likuiditas portofolionya. Likuiditas adalah tingkatan seberapa banyak sebuah efek ditransaksikan oleh para pelaku pasar. Dalam hal ini, kita bisa melihat reksadana pasar saham adalah yang paling liquid karena saham adalah instrumen yang ditransaksikan setiap hari kerja di bursa. Oleh, karena itu, ia akan lebih volatil atau frekuensi pergerakan harganya cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan ketiga jenis reksadana lainnya. Meskipun demikian, jika dilihat dari sudut pandang investor reksadana, reksadana saham adalah reksadana yang paling tidak likuid dikarenakan pembayaran penjualan reksadana ini memerlukan waktu lebih lama dikarenakan penyelesaian transaksi saham yang memakan waktu hingga lebih dari sehari.

Jika dilihat pada indeks diatas, maka diantara reksadana saham, campuran dan juga pendapatan tetap, dilihat dari segi pergerakan harga, maka yang rewardnya melebihi risk adalah reksadana saham. Sebagai konklusi, reksadana yang kita pilih, jika menghendaki keamanan meskipun returnnya sedikit, yang dipilih adalah reksadana pasar uang. Sebaliknya, jika memilih reksadana yang memiliki return lebih tinggi namun beresiko, maka yang dipilih adalah reksadana saham. Sobat Net tidak dilarang untuk memilih reksadana yang berada ditengah-tengah, yaitu reksadana pendapatan tetap ataupun campuran, namun resikonya bisa lebih besar dibandingkan reward. Dan, hal ini bisa dilihat secara jelas pada grafik diatas.

Untuk memilih produk reksadana pasar uang sangatlah mudah. Carilah reksadana yang nilai returnya lebih besar jika dibandingkan deposito atau dibandingkan indeks reksadananya. Namun, jika ingin memilih reksadana saham, bagaimana cara memilihnya? 

Sebenarnya, hal yang lebih penting bukanlah memilih reksadana saham mana yang cocok, namun yang pertama kali harus dilakukan adalah memeriksa kondisi dari pasar modal saat ini. Jadi, lebih condong ke arah timing, sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam reksadana saham.

Hal ini akan dikupas pada tulisan selanjutnya.

Keep Stay tuned

Wednesday, October 10, 2018

Seri Investasi (9): Fintech Reksadana

Setelah membahas mengenai fintech deposito, kali ini akan dibahas mengenai fintech reksadana. Membeli reksadana ada berbagai macam cara, bisa langsung melalui perusahaan Manager Investasi atau melalui Agen. Jika melalui MI, yang ditawarkan hanya produk yang dikelola MInya saja, namun jika melalui Agen, ia menawarkan produk yang berasal dari berbagai macam MI. Dan, fintech reksadana biasanya bertindak sebagai agen saja. Bisa dikatakan, membeli melalui agen, sama saja kita berada dalam sebuah supermarket reksadana karena produknya yang bermacam-macam tadi. Tentunya, antara fintech yang satu bisa saja memiliki produk yang sama dan ada juga yang malah tidak ada di tempat yang satu, namun di tempat yang lain ada. Hal ini tergantung pada kerjasama agen tersebut dengan perusahaan MI reksadana.

Di Indonesia, pilihan untuk membeli reksadana sangat beraneka macam, ada yang lewat marketplace, seperti Tokopedia dan BukaLapak, ada yang lewat Bank, ada yang lewat fintech, seperti Bareksa ataupun Ipotgo, ada juga yang melalui P2P lending seperti investree, dan lain sebagainya. Semuanya menawarkan produk reksadana, dimana sudah ada kerjasama sebelumnya dengan pihak Manager Investasi.

Pada kesempatan kali ini, akan diambil contoh dari fintech reksadana yang dikelola oleh Bareksa. Untuk mendaftar reksadana di Bareksa, bisa dilakukan secara online. Bisa diliat di tautan berikut. Nah, setelah mendaftar, nantinya kita akan mendapatkan nomor Single Investor Identification (SID). Nomor ini diperoleh dari Sistem Pengelolaan Investasi Terpadu atau “S-INVEST” PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). SID ini adalah ibarat KTP elektronik bagi investor. Lebih jauh bisa dilihat penjelasannya disini. Oleh karena itu, meskipun Sobat NET mendaftar ke banyak agen reksadana, Sobat Net akan tetap mendapatkan no. SID yang sama. 

Cara membeli reksadana jika sudah terdaftar di agen reksadana sangat mudah. Sebagai contoh, untuk Bareksa, caranya bisa dilihat disini. Jika kita membeli reksadana, maka Bank yang menjadi tujuan transfer reksadana bukanlah Bank kustodian, namun ke Bank yang disediakan pemilik platform. Namun, tak usah khawatir karena nantinya bukti kepemilikan yang diterangkan lewat konfirmasi pembelian sebuah reksadana dari Bank Kustodian biasanya akan dikirimkan melalui e-mail. Contohnya adalah seperti dibawah ini:
Bukti Pembelian Reksadana dari Bank Kustodian
Tidak hanya itu saja, tiap bulan terkadang kita juga dikirimkan laporan akun bulanan untuk memantau rincian transaksi dan saldo reksadana yang kita miliki. Tentu saja, hal ini bergantung juga dari Bank Kustodian yang dipakai oleh sebuah MI.
Laporan Bulanan Transaksi dan Saldo Reksadana
Jika sudah memiliki produk reksadana, maka kita bisa memantau perkembangan produk reksadana yang kita miliki langsung dari fintech reksadana tersebut karena mereka akan selalu meng-updatenya setiap hari kerja bursa. Untuk Bareksa, biasanya NAB akan diupdate di aplikasi pada keesokan harinya pada pukul enam pagi.

Hal lain yang perlu dipahami dalam bertransaksi reksadana adalah pahami aturan dalam membeli dan menjual. Salah satunya adalah instruksi pembelian yang akan menentukan harga NAB yang dipakai, seperti ditunjukkan oleh gambar dibawah, yang berlaku di Bareksa.


Jika sudah membeli, maka langkah selanjutnya yang bisa dilakukan adalah:
1. Top-Up : Menambah kepemilikan reksa dana. Top up bisa dilakukan secara auto debet. 
2. Switching : Proses pengalihan reksadana dari satu produk ke produk yang lainnya, namun masih dalam satu MI yang sama, atau yang terakhir
3. Redemption : Penjualan reksadana. Pembelian sebuah reksadana sendiri dikenal dengan istilah subscription.

Kita sudah mengenal mengenai fintech reksadana, selanjutnya akan dibahas mengenai pengetahuan umum cara berinvestasi dalam sebuah reksadana.

Keep Stay Tuned

Tuesday, October 9, 2018

Seri Investasi (8): Fintech Deposito

Sobat Net, kita telah membahas mengenai deposito pada tulisan terdahulu. Kali ini, saatnya kita akan membahas mengenai fintech dimana kita bisa berinvestasi melalui deposito. 

Digital Banking
Deposito adalah produk perbankan. Oleh karena itu, kita cari fintech yang merupakan produk dari perbankan. Di Indonesia sendiri, ada beberapa fintech yang merupakan produk perbankan. Beberapa diantaranya yang penulis ketahui adalah Digibank oleh Bank DBS, Jenius oleh Bank BPTN dan juga PermataMobile X oleh Bank Permata.   

Aplikasi fintech mobile tersebut merupakan platform digital banking yang menerapkan kegiatan perbankan tanpa perlu kita sendiri harus repot-repot pergi ke Bank. Tentu saja, fintech mobile banking ini merupakan evolusi daripada internet banking maupun mobile banking yang sudah ada. 

Penulis akan memberi contoh penggunaan salah satu fintech yang disebutkan diatas, yang dalam hal ini penulis merupakan user dari salah satu fintech tersebut, yaitu Jenius. Untuk pendaftaran, dilakukan secara online, verifikasi bisa dilakukan dengan tatap muka di tempat yang telah kita tentukan sebelumnya ataupun ke Bank, jika kita berada di daerah. Tidak ada rekening koran, adapun saldo keluar masuk semua tercatat di aplikasi. Semuanya dilakukan serba online. Jika diperlukan, kita bisa men-download laporan arus keluar-masuk berbentuk dokumen pdf langsung dari aplikasi. Fitur-fiturnya beraneka macam dan Sobat Net bisa melihatnya disini.

Tentu saja, fokus tulisan kita adalah untuk berinvestasi deposito dengan fintech. Fintech perbankan yang telah disebutkan diatas bisa dipilih dengan terlebih dahulu melakukan penelitian mengenai aplikasi yang paling cocok untuk Sobat NET. Pahami juga reputasi aplikasi tersebut selama ini.

Satu hal yang perlu untuk diingat, ketika berinvestasi melalui deposito, pastikan berapa bunga deposito yang diberikan yang berkaitan dengan tenor dan deposit minimal. Mari lihat data bunga deposito yang diterbitkan oleh beberapa Bank yang ada di Indonesia melalui link berikut

Deposito Bank
Sesuai dengan data tersebut, yang diambil October 2018, bisa dilihat rata-rata deposito yang diberikan oleh Bank adalah 6%, dan naik menjadi 6.2% untuk tenor tiga bulan. Maka, tugas kita adalah mencari fintech perbankan yang menghasilkan bunga deposito diatas rata-rata, sesuai dengan minimum deposit dan waktu tenor yang cocok untuk kita. 

Untuk jenius, deposito dengan minimum deposit 10 juta, bunganya sebesar 6.25%, sedangkan untuk 100 juta, bunganya sebesar 6.5%. Bisa dilihat disini. Untuk digibank lebih bervariasi, antara 5.5%- 6.25 %, yang bisa dilihat disini

Nilai bunga diatas biasanya nilai kotor yang belum dipotong pajak sebesar 20% dan merupakan nilai bunga pertahun. Namun, dengan tulisan kali ini, saya harapkan para Sobat Net sudah mencoba untuk beralih dengan menggunakan fintech perbankan karena fasilitas yang ditawarkan sangatlah mempermudah urusan dalam hal keuangan. Belum lagi, jika ada promo bermacam-mcam yang ditawarkan. Tentu akan bisa menghemat pengeluaran kita.

Demikian tulisan kali ini dibuat. Untuk bagian selanjutnya, akan dibahas mengenai fintech reksadana.

Keep Stay Tuned  

Sunday, October 7, 2018

Seri Investasi (7): Peer to Peer Lending

Sobat Net, kita telah membahas berbagai macam investasi, mulai dari deposito, Surat Berharga Negara dan juga reksadana. Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas mengenai peer-to-peer lending. Peer-to-peer lending merupakan sebuah jenis investasi yang saat ini sedang booming karena didukung oleh munculnya start-up fintech yang mengusung platform dengan konsep ini. Contohnya adalah investree. Penulis memberi contoh platform investree dikarenakan ia pernah menjadi salah satu mitra distribusi pemerintah dalam rangka pembelian Surat Berharga Negara seri 004. Reputasi itu sangat penting dalam dunia peer-to-peer lending dalam hal menjamin kepercayaan calon nasabah.
Skematik Peer to Peer Lending 
Peer-to-peer lending adalah platform yang memfasilitasi bertemunya peminjam dan pemberi pinjaman secara online dimana satu pinjaman bisa ditanggung secara patungan dari beberapa pemberi pinjaman untuk meminimalisir resiko. Pemilik platform selain bertugas sebagai fasilitator, juga memberikan analisa terhadap profil peminjam, memberikan grade pinjaman dan menentukan bunga pinjaman untuk memberi tahu para pemberi pinjaman akan resiko pinjaman, serta melakukan upaya penagihan ketika jatuh tempo. 

Dari uraian diatas, tentu mengetahui reputasi sebuah online peer-to-peer lending menjadi sangat penting. Meskipun reputasinya saat ini bagus, belum tentu juga berlaku di masa depan. Salah satu hal pertama yang perlu diperhatikan adalah memastikan bahwa platform peer-to-peer lending yang kita pilih haruslah sudah terdaftar di OJK.

Berinvestasi di peer-to-peer lending menarik karena memiliki suku bunga pengembalian cukup tinggi hingga 20% pertahun, namun juga beresiko tinggi. Resiko yang mungkin timbul adalah uang investasi kita tidak balik karena bisnis bangkrut/ pailit atau fraud yang dilakukan peminjam, misalkan peminjam memberikan data palsu dan/ atau kabur setelah menerima pinjaman. Atau, ketika pemilik platform sendirilah yang melakukan penipuan. Kasus seperti ini pernah terjadi.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka beberapa hal yang bisa dilakukan:
1. Cari peer-to-peer lending yang sudah terdaftar di OJK.
2. Berinvestasi dalam jumlah kecil, dimana kita tidak merasa begitu kehilangan ketika uang investasi kita hilang. Misal, investasi dengan 1-5% dari dana yang kita punya
3. Cari profil peminjam dengan grade resiko rendah.
4. Cari pinjaman dengan jatuh tempo yang singkat. Semakin lama waktu pinjaman, semakin beresiko. Hal ini dikenal dengan resiko maturitas.
5. Diversifikasi pinjaman. Jumlah kecil, namun pinjaman merata ke lebih dari satu pinjaman.

Investree
Hal lain yang juga penting adalah jangan memberikan pinjaman jika tidak yakin. Masih banyak jenis investasi lain. Kunci daripada investasi adalah mengetahui resiko terlebih dahulu, sebelum melihat reward yang dijanjikan. Jika kita sanggup menampung resikonya, maka selanjutnya kita harus yakin dan menjalankan plan yang telah dibuat. Hingga saat tulisan ini dibuat, penulis masih memakai platform peer-to-peer lending investree.

Selain peer-to-peer lending, ada jenis investasi lain yang belum pernah dibahas, yakni emas, properti dan juga saham. Investasi emas dan properti memerlukan modal yang tidak sedikit. Emas sebenarnya tipe investasi yang bagus sebagai lindung nilai. Harganya akan naik ketika terjadi krisis karena nilai emas sebenarnya stabil. Hal ini dikarenakan emas merupakan komoditas yang diperdagangkan di seluruh dunia.  Untuk properti, karena penulis belum pernah berinvestasi di bidang tersebut, jadi tidak ada komentar penulis terhadap investasi di sektor properti. Untuk saham, sebenernya saham lebih baik jika dibuat trading, atau istilahnya dagang saham. Faktor volatilitas nilai saham yang naik-turun, menurut saya tidak cocok untuk dijadikan investasi jangka panjang. Meskipun demikian, tidak ada larangan bagi Sobat Net yang ingin berinvestasi lewat saham, atau istilahnya nabung saham.

Sekian dari penulis, pada "Seri Investasi" selanjutnya akan dibahas mengenai fintech-fintech yang bisa digunakan untuk berinvestasi sesuai dengan jenis investasi yang pernah dibahas di blog ini.

Keep Stay Tuned  

Seri Investasi (6): Reksadana Bagian Tiga

Sobat Net, pada kesempatan kali ini, kita akan membedah sebuah produk reksadana dalam hal untuk belajar mengenai informasi apa saja yang wajib diketahui dalam sebuah reksadana. Reksadana yang akan dikupas adalah reksadana saham "Simas Syariah Unggulan". Dari namanya, Sobat Net bisa mengetahui bahwa reksadana ini diterbitkan oleh Manager Investasi "Sinarmas" dan berjenis "Syariah".

Data mengenai reksadana ini penulis ambil dari situs bareksa.com. Sobat Net yang ingin melakukan konfirmasi, bisa langsung mengecek situs tersebut.


Data pertama yang akan dibahas adalah NAB/Unit versus tanggal. NAB adalah jumlah total keseluruhan dana yang dimiliki dalam sebuah produk reksadana. Unit sendiri merupakan jumlah banyaknya unit yang dimiliki oleh sebuah reksadana. NAB/Unit awal untuk sebuah reksadana yang baru diluncurkan bernilai 1000 rupiah. Seiring berjalannya waktu, NAB/Unit akan mengalami perubahan karena proses investasi.

Perhitungan Untung/ Rugi dalam Reksadana
Jika pada awal mulanya kita membeli 100 unit dengan harga NAB/Unit 1000 rupiah. Seiring berjalannya waktu, nilai NAB/Unit mengalami kenaikan menjadi NAB/Unit 1200 rupiah. Maka ketika kita menjual reksadana tersebut, kita mendapatkan keuntungan (1200-1000)*100 = 20.000. Modal yang kita keluarkan 1000*100 = 100.000 rupiah. Maka, returnnya adalah sebesar 20%. Sesuai dengan grafik diatas, hal ini mungkin dilakukan jika kita membeli reksadana tersebut pada Maret 2018 dan menjualnya pada Juni 2018. Hanya dalam waktu tiga bulan, kita bisa mendapatkan return investasi sebenar 20%. Bandingkan dengan deposito dimana return tertinggi, anggap saja adalah 6% dan itupun pertahun. Tentu saja, cerita yang berbeda akan kita dapatkan, jika kita membeli reksadana ini pada Juni 2018 dan menjualnya pada Juli 2018.Yang didapatkan malah rugi karena nilai NAB/Unit telah turun dari nilai semula (sekitar -10%)

Ilustrasi seperti diatas, seolah ingin menggambarkan pada kita semua mengenai sebuah situasi yang mungkin bisa kita alami ketika berinvestasi dalam sebuah reksadana. Tentu saja sangat mudah menghitung hal yang sudah terjadi, namun jika berhadapan pada hal yang belum terjadi pada masa yang akan datang adalah jelas sesuatu yang berbeda. Karena ciri khas reksadana saham yang naik-turun inilah, maka reksadana ini dikategorikan reksadana yang cukup beresiko, meskipun didukung return yang sangat tinggi.

Pemahaman mengenai grafik reksadana ini sangat penting karena menjelaskan mengenai risk-reward dalam sebuah produk reksadana. Perbandingan antara keempat jenis reksadana telah dibahas pada tulisan sebelumnya. Pahami grafik sebuah reksadana sebelum Sobat Net memutuskan untuk masuk ke dalam produk reksadana. Reksadana saham sangat erat kaitannya dengan dunia pasar modal. Sedangkan, reksadana pasar uang terkait dengan kebijakan pemerintah seperti penetapan suku bunga acuan karena salah satu instrumen investasinya adalah deposito.

Saran dari penulis, memilih reksadana harus mulai dari yang resiko rendah terlebih dahulu, mulai dari reksadana pasar uang. Jika sudah memahami cara kerjanya, boleh tambah porsi reksadana tersebut sembari belajar untuk naik kelas ke jenis reksadana yang lebih beresiko. Tidak masalah langsung loncat ke reksadana saham karena antara pendapatan tetap, campuran dan saham memiliki profil grafik yang mirip, meskipun dengan tingkat naik-turun yang berbeda. Hal ini bisa terjadi karena ketiga reksadana ini memang diperdagangkan di pasar modal. Oleh sebab itu, pahami kondisi pasar, apakah trendnya sedang naik, turun atau sideways. Hal ini dikarenakan jika masuk ke dalam ketiga reksadana ini, kita tidak bisa beli-jual dalam tempo singkat karena adanya biaya beli dan jual.

Inilah mungkin salah satu yang menyebabkan orang lebih suka untuk terjun langsung ke dunia saham, terutama ketika pasar sideways, selain daripada jika fokus MI hanya mengejar untuk mengalahkan benchmark, bukan untuk menarik keuntungan sebesar-besarnya. Bayangkan jika benchmark negatif, maka nilai investasi kita bisa juga negatif. Hal ini bisa dilihat pada grafik indeks pada tulisan sebelumnya.


Grafik kedua, menjelaskan mengenai Asset Under Management (AUM) dan juga jumlah unit. AUM ini sama dengan jumlah dana kelolaan. Jika AUM dibagi dengan Unit, maka ketemu nilai NAB/Unit. Jumlah AUM ini adalah sebuah indikator penting dalam sebuah reksadana. Reksadana yang memiliki AUM yang besar secara tidak langsung menunjukkan produk reksadana tersebut jauh dari kondisi pailit.    

Untuk memahami, isi daripada portofolio yang dimiliki oleh sebuah produk reksadana, maka MI membuat dokumen yang disebut "Fund Factsheet" agar para investor mengetahui alokasi investasi mana saja yang terdapat dalam sebuah reksadana. Untuk reksadana diatas, "Fund Factsheet" nya bisa didownload disini. Bisa dilihat, beberapa informasi penting yang dikupas oleh fund factsheet reksadana "Simas Syariah Unggulan", meliputi biaya beli dan jual reksadana, jenis saham apa saja yang dipegang reksadana tersebut dan bagaimana returnnya jika dibandingkan dengan benchmark. Biasanya fund factsheet ini dibuat bulanan. Selain fund factsheet, juga ada dokumen yang disebut prospectus untuk melihat informasi mengenai reksadana ini dengan lebih terperinci. 

Demikian penjelasan mengenai elemen-elemen dalam sebuah reksadana. Mudah-mudahan para pemula reksadana bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam memulai investasi reksadana. 

Pada bagian selanjutnya, akan dibahas mengenai investasi yang lebih beresiko lagi yang saat ini masih booming, yakni investasi berjenis p2p lending.

Keep Stay Tuned   

Friday, October 5, 2018

Seri Investasi (5): Reksadana Bagian Dua

Sobat Net, kita akan masih mengupas lebih dalam lagi mengenai reksadana. Kenapa? 

1. Reksadana merupakan investasi yang bisa dilakukan dengan nominal yang paling minim jika dibandingkan dengan jenis investasi lainnya. Tercatat, minimum pembelian reksadana di Tokopedia bisa dilakukan dengan nominal 10 ribu rupiah.
2. Bagi Sobat Net, yang takut akan riba, jenis investasi reksadana juga menawarkan reksadana yang berjenis syariah.
3. Memiliki jenis resiko yang bervariasi, sesuai dengan jenis risk appetide yang kita inginkan.

Beli RD di Tokopedia Minimal 10ribu rupiah
Mari kita bahas terlebih dahulu mengenai profil resiko yang dimiliki oleh empat jenis tipe daripada reksadana. Masing-masing adalah reksadana pasar uang, pendapatan tetap, campuran dan juga saham yang diwakili oleh indeksnya melalui grafik dibawah. Indeks adalah nilai rata-rata jika semua reksadana dengan jenis yang sama dikumpulkan menjadi satu dan dirata-rata. Indeks ini biasa juga disebut dengan benchmark.
Indeks Reksadana di Bareksa
Jika Sobat Net berencana untuk masuk ke dalam reksadana, hal pertama yang harus Sobat Net kuasai adalah cara membaca grafik. Dari berbagai macam reksadana yang ditawarkan, tugas kita adalah mencari reksadana yang menghasilkan return lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai indeks. 

Dari gambar diatas, bisa diketahui bahwa indeks reksadana pasar uang merupakan jenis reksadana paling stabil jika dibandingkan tiga indeks reksadana lainnya. Meskipun demikian, hasil returnnya masih kalah jika dibandingkan indeks lainnya. Berturut-turut yang bisa menghasilkan return lebih tinggi adalah pendapatan tetap, campuran dan saham. Ketiga jenis reksadana tersebut bisa menunjukkan gejala naik turun karena memang jenis investasi yang digunakan diperdagangkan di pasar modal. Sehingga naik-turunnya merupakan akibat dari kegiatan supply-demand yang dilakukan di pasar modal. Jika demikian, maka timing untuk masuk ke dalam reksadana tersebut sangatlah penting.

Bayangkan, jika anda membeli reksadana pada bulan October 2017 dan menjualnya pada februari 2018. Maka, masing-masing reksadana yang menghasilkan dari yang paling rendah hingga paling tinggi:
Pasar Uang < Pendapatan Tetap < Campuran < Saham.

Lain lagi, jika Sobat Net, menjualnya pada Agustus 2018, maka urutannya menjadi: 
Pendapatan Tetap < Campuran < Saham < Pasar Uang.

Untuk pemula, maka Reksadana Pasar Uang adalah pilihan yang menarik untuk memulai berinvestasi. Rata-rata nilainya stabil naik terus, meskipun tidak sekencang jenis reksadana lainnya. Dan, yang lebih penting lagi adalah nilainya meskipun kecil tetapi lebih besar jika dibandingkan dengan deposito dan tanpa pajak. Jika sudah memahami mengenai kondisi pasar modal, maka pilihan untuk masuk ke jenis reksadana lainnya mulai bisa dipertimbangkan.     

Pada bagian selanjutnya, akan kita bahas mengenai elemen-elemen dalam reksadana yang patut untuk dipahami.

Keep Stay Tuned  

Thursday, October 4, 2018

Seri Investasi (4): Reksadana Bagian Satu

Sobat Net, setelah membahas mengenai deposito dan juga Surat Berharga Negara, pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai Reksadana. Reksadana dalam bahasa Inggris disebut sebagai "Mutual Fund". Silahkan lihat gambar dibawah ini yang menjelaskan mengenai pengertian dari Reksadana
Sesuai dengan gambar diatas, maka berinvestasi melalui reksadana, prinsip sederhananya adalah kita menitipkan sejumlah uang kepada orang atau badan yang dalam hal ini disebut sebagai Manager Investasi (MI). Dimana, manager ini akan mengelola investasi kita dengan cara mengalokasikannya ke dalam berbagai macam instrumen keuangan. Daftar instrument keuangan yang menjadi pos alokasi untuk investasi biasa disebut sebagai portofolio efek

Portofolio efek tiap MI reksadana biasanya dibedakan dalam berbagai macam, tergantung daripada tingkat resikonya. Hal ini akan melahirkan produk reksadana yang berbeda-beda. Jadi, biasanya satu MI akan memiliki produk reksadana lebih daripada satu macam, yang dapat dikategorikan seperti dibawah ini:

1. Reksadana Pasar Uang: Jika portofolio efeknya didominasi oleh deposito dan obligasi dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun.
2. Reksadana Pendapatan Tetep: Jika portofolio efeknya didominasi oleh obligasi. Jangan terkecoh dengan istilah pendapatan tetap karena belum tentu hasil returnnya akan selalu tetap. Ini hanya untuk menunjukkan bahwa mayoritas portofolionya adalah obligasi.
3. Reksadana Campuran: Jika portofolionya berisi campuran antara saham dengan instrument investasi lainnya.
4. Reksadana Saham: Sesuai dengan namanya, portofolio efeknya didominasi oleh saham.
Perlu diketahui, semakin kebawah, tingkat resikonya makin tinggi, namun tingkat pengembaliannya juga makin tinggi

Meskipun Reksadana Pasar Uang berisi deposito, namun pengembaliannya seharusnya akan lebih besar daripada deposito yang didapatkan jika kita menabung sendiri di Bank. Hal ini dikarenakan, MI memiliki jumlah dana kelolaan lebih besar yang memungkinkan mereka untuk bisa mendapatkan suku bunga yang lebih baik, jika dibandingkan dengan investor perseorangan. Selain itu, di reksadana pasar uang, para nasabah yang biasa disebut sebagai pemegang unit penyertaan tidak dikenakan pajak

Membeli Reksadana, bisa langsung melalui manager investasi atau agen perantara pedagang efek reksadana (APERD). Keunggulan dengan menggunakan APERD adalah ada berbagai jenis macam pilihan produk reksadana dari berbagai macam MI yang bisa kita pilih. Memilih produk reksadana merupakan sesuatu hal yang penting karena reksadana merupakan investasi yang memiliki resiko lebih tinggi jika dibandingkan investasi melalui deposito ataupun SBN. 

Bayangkan ilustrasi sebagai berikut:

Anda menitipkan uang pada seseorang untuk dikelola dalam sebuah investasi. Jika investasinya bagus, anda akan mendapatkan laba. Namun, laba itu tidak akan bisa langsung anda dapatkan sebelum anda menarik uang investasi tersebut. Dan, sebaliknya, jika investasinya jelek, anda rugi. Namun, anda belum rugi secara langsung, sebelum anda menariknya. Inilah yang disebut dengan istilah floating loss/gain. Dalam investasi reksadana, untung/ rugi tidak secara langsung akan anda terima setelah membeli reksadana. Namun, untung/ rugi hanya akan anda dapatkan ketika menjual reksadana tersebut. Dalam artian, selama kita menahan reksadana, keuntungan atau kerugian akibat perubahan harga reksadana akan bersifat mengembang atau mengempis. 

Produk Reksadana tidak dijamin oleh pemerintah. Artinya, jika anda rugi, maka uang anda hilang. Maka, tentu saja berinvestasi reksadana butuh perencanaan. Selain itu, jika sebelumnya kita awam akan jenis investasi ini, maka waktu harus kita sediakan untuk belajar mengenai istilah-istilah dalam reksadana. 

Pada bagian selanjutnya, kita akan belajar lebih jauh lagi mengenai reksadana.

Keep Stay Tuned

Popular Posts