Sunday, October 7, 2018

Seri Investasi (6): Reksadana Bagian Tiga

Sobat Net, pada kesempatan kali ini, kita akan membedah sebuah produk reksadana dalam hal untuk belajar mengenai informasi apa saja yang wajib diketahui dalam sebuah reksadana. Reksadana yang akan dikupas adalah reksadana saham "Simas Syariah Unggulan". Dari namanya, Sobat Net bisa mengetahui bahwa reksadana ini diterbitkan oleh Manager Investasi "Sinarmas" dan berjenis "Syariah".

Data mengenai reksadana ini penulis ambil dari situs bareksa.com. Sobat Net yang ingin melakukan konfirmasi, bisa langsung mengecek situs tersebut.


Data pertama yang akan dibahas adalah NAB/Unit versus tanggal. NAB adalah jumlah total keseluruhan dana yang dimiliki dalam sebuah produk reksadana. Unit sendiri merupakan jumlah banyaknya unit yang dimiliki oleh sebuah reksadana. NAB/Unit awal untuk sebuah reksadana yang baru diluncurkan bernilai 1000 rupiah. Seiring berjalannya waktu, NAB/Unit akan mengalami perubahan karena proses investasi.

Perhitungan Untung/ Rugi dalam Reksadana
Jika pada awal mulanya kita membeli 100 unit dengan harga NAB/Unit 1000 rupiah. Seiring berjalannya waktu, nilai NAB/Unit mengalami kenaikan menjadi NAB/Unit 1200 rupiah. Maka ketika kita menjual reksadana tersebut, kita mendapatkan keuntungan (1200-1000)*100 = 20.000. Modal yang kita keluarkan 1000*100 = 100.000 rupiah. Maka, returnnya adalah sebesar 20%. Sesuai dengan grafik diatas, hal ini mungkin dilakukan jika kita membeli reksadana tersebut pada Maret 2018 dan menjualnya pada Juni 2018. Hanya dalam waktu tiga bulan, kita bisa mendapatkan return investasi sebenar 20%. Bandingkan dengan deposito dimana return tertinggi, anggap saja adalah 6% dan itupun pertahun. Tentu saja, cerita yang berbeda akan kita dapatkan, jika kita membeli reksadana ini pada Juni 2018 dan menjualnya pada Juli 2018.Yang didapatkan malah rugi karena nilai NAB/Unit telah turun dari nilai semula (sekitar -10%)

Ilustrasi seperti diatas, seolah ingin menggambarkan pada kita semua mengenai sebuah situasi yang mungkin bisa kita alami ketika berinvestasi dalam sebuah reksadana. Tentu saja sangat mudah menghitung hal yang sudah terjadi, namun jika berhadapan pada hal yang belum terjadi pada masa yang akan datang adalah jelas sesuatu yang berbeda. Karena ciri khas reksadana saham yang naik-turun inilah, maka reksadana ini dikategorikan reksadana yang cukup beresiko, meskipun didukung return yang sangat tinggi.

Pemahaman mengenai grafik reksadana ini sangat penting karena menjelaskan mengenai risk-reward dalam sebuah produk reksadana. Perbandingan antara keempat jenis reksadana telah dibahas pada tulisan sebelumnya. Pahami grafik sebuah reksadana sebelum Sobat Net memutuskan untuk masuk ke dalam produk reksadana. Reksadana saham sangat erat kaitannya dengan dunia pasar modal. Sedangkan, reksadana pasar uang terkait dengan kebijakan pemerintah seperti penetapan suku bunga acuan karena salah satu instrumen investasinya adalah deposito.

Saran dari penulis, memilih reksadana harus mulai dari yang resiko rendah terlebih dahulu, mulai dari reksadana pasar uang. Jika sudah memahami cara kerjanya, boleh tambah porsi reksadana tersebut sembari belajar untuk naik kelas ke jenis reksadana yang lebih beresiko. Tidak masalah langsung loncat ke reksadana saham karena antara pendapatan tetap, campuran dan saham memiliki profil grafik yang mirip, meskipun dengan tingkat naik-turun yang berbeda. Hal ini bisa terjadi karena ketiga reksadana ini memang diperdagangkan di pasar modal. Oleh sebab itu, pahami kondisi pasar, apakah trendnya sedang naik, turun atau sideways. Hal ini dikarenakan jika masuk ke dalam ketiga reksadana ini, kita tidak bisa beli-jual dalam tempo singkat karena adanya biaya beli dan jual.

Inilah mungkin salah satu yang menyebabkan orang lebih suka untuk terjun langsung ke dunia saham, terutama ketika pasar sideways, selain daripada jika fokus MI hanya mengejar untuk mengalahkan benchmark, bukan untuk menarik keuntungan sebesar-besarnya. Bayangkan jika benchmark negatif, maka nilai investasi kita bisa juga negatif. Hal ini bisa dilihat pada grafik indeks pada tulisan sebelumnya.


Grafik kedua, menjelaskan mengenai Asset Under Management (AUM) dan juga jumlah unit. AUM ini sama dengan jumlah dana kelolaan. Jika AUM dibagi dengan Unit, maka ketemu nilai NAB/Unit. Jumlah AUM ini adalah sebuah indikator penting dalam sebuah reksadana. Reksadana yang memiliki AUM yang besar secara tidak langsung menunjukkan produk reksadana tersebut jauh dari kondisi pailit.    

Untuk memahami, isi daripada portofolio yang dimiliki oleh sebuah produk reksadana, maka MI membuat dokumen yang disebut "Fund Factsheet" agar para investor mengetahui alokasi investasi mana saja yang terdapat dalam sebuah reksadana. Untuk reksadana diatas, "Fund Factsheet" nya bisa didownload disini. Bisa dilihat, beberapa informasi penting yang dikupas oleh fund factsheet reksadana "Simas Syariah Unggulan", meliputi biaya beli dan jual reksadana, jenis saham apa saja yang dipegang reksadana tersebut dan bagaimana returnnya jika dibandingkan dengan benchmark. Biasanya fund factsheet ini dibuat bulanan. Selain fund factsheet, juga ada dokumen yang disebut prospectus untuk melihat informasi mengenai reksadana ini dengan lebih terperinci. 

Demikian penjelasan mengenai elemen-elemen dalam sebuah reksadana. Mudah-mudahan para pemula reksadana bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam memulai investasi reksadana. 

Pada bagian selanjutnya, akan dibahas mengenai investasi yang lebih beresiko lagi yang saat ini masih booming, yakni investasi berjenis p2p lending.

Keep Stay Tuned   

No comments:

Post a Comment

Leave your comment !

Popular Posts