Saturday, December 29, 2018

Saham: Bagaimana Deviden Tunai Dibagikan?

Sempat dibahas pada tulisan sebelumnya, bahwa dengan membeli saham, ada dua keuntungan yang bisa didapatkan, yakni Capital Gain dan juga Deviden. Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai cara untuk memperoleh deviden. Untuk mengetahui pengumuman mengenai pembagian deviden tunai, bisa dilihat dari Kostudian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada tautan sebagaimana berikut

Pada kesempatan kali ini, kita akan tengok jadwal pembagian deviden INDY yang dilakukan pada Desember 2018. Adapun, surat resminya bisa dilihat pada tautan berikut. Kita lihat pada surat tersebut dikeluarkan pada tanggal 5 Desember 2018. Setelah surat keluar biasanya para broker akan menginfokan perihal informasi ini pada para trader atau ada juga broker yang menginformasikan hanya pada saat tanggal Cum Date. Istilah-istilah ini akan kita bahas selanjutnya. 

Jika dilihat pada surat tersebut, maka akan bisa dilihat jadwal pembagian deviden tunai sebagaimana berikut:

Jadwal Pembagian Deviden Tunai
Hal yang perlu diperhatikan pada lampiran jadwal pembagian deviden tunai tersebut adalah tanggal Cum Date, Ex Date, pembayaran deviden dan juga jumlah deviden.

Cum Date adalah tanggal akhir periode perdagangan saham dimana para pemegang saham memperoleh hak deviden. Sebaliknya, Ex Date adalah akhir periode perdagangan saham dimana para pemegang sahamnya tidak mendapatkan hak deviden

Pada contoh diatas, Cum Date adalah pada tanggal 11 Desember dan Ex Date pada 12 Desember. Jadi, siapapun yang memiliki saham INDY hingga jam bursa berakhir pada periode 11 Desember akan mendapatkan deviden. Meskipun, ia baru membeli saham pada saat jam penutupan bursa dan menjual saham tersebut pada keesokan harinya. Inilah yang sering kali membuat harga saham langsung anjlok pada hari bursa pada hari Ex date yang jatuh satu hari setelah Cum Date. Hal ini disebabkan banyak orang yang mengincar keuntungan dari deviden. Artinya, ia membeli saham pada saat Cum Date dan menjualnya pada saat Ex Date, yang mengakibatkan panic selling. Apalagi jika deviden yieldnya tinggi. Namun, membeli saham hanya mengandalkan untuk mendapatkan deviden, juga memiliki konsekuensi yang bisa sangat merugikan, seprti dicontohkan pada kasus MERK

Pasar bursa yang aktif diperdagangkan adalah pasar bursa reguler. Yang lainnya, bisa dihiraukan saja. Selanjutnya, yang perlu kita lihat adalah tanggal pembayaran deviden. Pada contoh pembagian deviden INDY, tanggal pembayaran deviden adalah pada tanggal 28 Desember 2018. Jika kita adalah pemegang saham INDY pada tanggal Cum Date, maka kita akan menerima deviden tersebut pada tanggal 28 Desember 2018, yang diinfokan oleh broker kita. Berikut adalah contoh e-mail yang penulis dapatkan dari broker terkait pembayaran deviden.

Email Perihal Pembagian Deviden dari Broker 
Bisa dilihat diatas, nominal yang penulis dapatkan dari pembagian deviden INDY, berdasarkan dari jumlah saham dikalikan dengan nilai deviden/ saham. Tentu saja nilai tersebut akan dikurangi pajak. Hak yang diterima penulis seperti ditunjukkan diatas sudah merupakan nilai bersih dan langsung dimasukkan ke dalam Rekening Dana Investor penulis yang bisa dilihat di Online Trading System (OTS) bawaan broker.

Demikian cara untuk mendapatkan deviden dari saham. Mudah-mudahan informasi ini bisa menambah kepercayaan Sobat Net yang sedang berusaha untuk terjun dalam dunia pasar modal.
 

Friday, December 28, 2018

Shopback: Klaim Jika Cashback Tidak Tercatat

Sobat Net, pada tulisan terdahulu kita telah membahas bagaimana cara yang bisa kita lakukan agar cashback masuk ketika menggunakan Shopback. Tulisan tersebut bisa dilihat pada tautan berikut.

Namun, apabila cara diatas telah dilakukan, tetapi cashback kita tidak tercatat di sistem Shopback. Satu cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan meng-klaim transaksi yang kita lakukan, agar cashback bisa masuk ke akun Shopback kita.

Bagaimana klaim transaksi ini dilakukan di Shopback?
Hal pertama yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa memang transaksi yang Sobat Net lakukan tidak tercatat di "Rincian Saldo" akun Shopback. Untuk hal ini, beri jeda waktu dua-tiga hari sebelum melakukan pengecekan. 

Jika memang setelah dua-tiga hari, transaksi yang Sobat Net lakukan tidak tercatat di "Rincian Saldo", maka Sobat Net bisa melakukan klaim Cashback yang hilang. Caranya adalah masuk ke dalam akun Shopback dan klik gambar "tanda tanya", untuk masuk ke bagian "Cashback Hilang".

Menu Klaim Cashback Hilang
Pada bagian tersebut, pilih "Toko" dan juga "Tanggal" untuk menunjukkan waktu dan tempat transaksi yang Sobat Net lakukan. Jika tidak ada pilihan yang sesuai, maka berarti Sobat Net tidak masuk ke Online Shop tersebut melalui tautan dari Shopback. Oleh sebab itu, maka Cashback tidak terekam.
Pilihan transaksi yang ingin diklaim
Jika sudah, klik "Lanjut" dan isi semua pertanyaan yang berhubungan transaksi yang Sobat Net lakukan. Jika sudah selesai, maka akan muncul e-mail dari Shopback yang menyatakan bahwa cashback kita sedang diperiksa dan pada "Rincian Saldo", akan keluar jenis transaksi yang kita lakukan, namun dengan status "Investigasi" seperti ditunjukkan oleh gambar dibawah.

Investigasi cashback yang hilang di "Rincian Saldo"
Setelah itu, kita tinggal menunggu saja investigasi tersebut, jika memang transaksi kita valid, maka cashback akan kita dapatkan dengan status "Tertunda", yang bisa ditarik pada waktu yang telah ditentukan. Namun, jika memang transaksi kita tidak valid karena suatu alasan tertentu, maka akan muncul status "Ditolak" pada transaksi yang kita lakukan.

Hasil investigasi: Tertunda/ Ditolak
Demikian posting ini dibuat. Semoga posting ini bisa memberikan penjelasan pada Sobat Net yang sering melakukan belanja online lewat Shopback. Namun, transaksi tidak tercatat. Jangan ragu untuk meng-klaim apabila cashback Sobat Net tidak tercatat dengan melakukan hal yang diterangkan diatas. Penulis telah membuktikan bahwa cara ini terbukti telah mengembalikan cashback penulis karena transaksi yang tidak tercatat.     

Thursday, December 27, 2018

Investree (1): P2P Lending- Bagaimana Jika Telat Bayar?

Sobat Net, pada kali ini akan kembali dijelaskan mengenai P2P Lending, yaitu platform Investree. Sebagaimana, diketahui P2P Lending merupakan sebuah jenis investasi alternatif yang memiliki bunga yang cukup tinggi. Yakni, hingga bisa mencapai 20%. Nilai ini lebih besar jika dibandingkan yang bisa kita dapat di reksadana. Tentu saja, dengan faktor resiko yang juga sebanding.

Resiko dalam menggunakan P2P lending adalah resiko wan prestasi atau gagal bayar. Resiko ini ditanggung sendiri oleh pemberi pinjaman. Hal ini harus selalu diungkapkan P2P Lending. Ini adalah contoh yang dijelaskan oleh Investree dalam setiap e-mail pembiayaan yang Sobat Net lakukan di Investree.

Disclaimer Resiko P2P Lending

Bagaimana untuk mengatasi atau meminimalisir gagal bayar ini agar tidak kita alami ketika berinvestasi melalui P2P lending? Hal ini sudah pernah dijelaskan pada Seri Investasi P2P Lending dan bisa disimak kembali melalui tautan berikut.

Pada posting kali ini, kita akan membahas mengenai pengalaman penulis mengalami telat bayar pada P2P lending di Investree. Hal ini semata-mata untuk memberi kita informasi mengenai faktor risk dan juga reward ketika berinvestasi pada instrumen keuangan, yang dalam hal ini khususnya adalah P2P lending.

Bunga yang sudah didapat penulis di Investree
Selama menggunakan Investree selama tiga bulan, tercatat penulis telah mendapatkan bunga hampir satu juta. Dimana, bunga tersebut penulis tanamkan pada reksadana yang ada pada Investree dan pokok pembayarannya, penulis masukkan kembali untuk pemberian pinjaman. Untuk mengetahui, fasilitas yang dimiliki oleh Investree, bisa dilihat kembali pada tautan berikut.

Jika terjadi telat bayar, sesuai dengan pengalaman penulis, maka Investree akan memberitahukan perihal tersebut melalui e-mail. Dibawah adalah contoh pemberitahuan telat bayar yang diinformasikan oleh Investree melalui e-mail

Informasi telat bayar Investree
Bisa dilihat bahwa, meskipun loan grade tersebut memiliki resiko yang rendah yakni A2, tidak menjamin bahwa pengembalian pinjaman yang dilakukan bisa tepat waktu. Tidak perlu khawatir, pengembalian pinjaman nantinya akan diinfokan melalui e-mail selanjutnya. Untuk melihat ringkasan dan seberapa lama telatnya pengembalian pinjaman kita di Investree, bisa dilihat di halaman utama Investree, sebagaimana berikut:

Halaman muka Investree untuk melihat debitur telat bayar
Jadi, segala informasi bisa dilihat secara lengkap di platform Investree, berikut juga dalam hal keterlambatan pembayaran. Adapun, dalam kasus tersebut, pada akhirnya pembayaran dilakukan oleh peminjam dalam bentuk parsial, yang juga diinfokan melalui e-mail. Dan, hal ini bisa diketahui juga dari situs Investree dengan mencari pada bagian funding information pada debitur yang telat melakukan pembayaran tersebut. 

Informasi pembayaran debitur 
Pada bagian tersebut, secara jelas disebutkan berapa jumlah pinjaman, berapa yang sudah dibayar, sisa pokok yang belum dibayar, bunga/ujroh dan juga pajak. Semuanya disajikan secara transparan di Investree. Adapun dana yang sudah terbayarkan, bisa langsung kita gunakan kembali. 

Informasi tersebut diatas, tentu saja penting untuk diketahui ketika kita berinvestasi dalam sebuah P2P lending, yang dalam hal ini yang dicontohkan adalah Investree. Resiko dan reward akan selalu ada dalam tiap investasi. Pilihlah investasi dengan menimbang resikonya terlebih dahulu, baru kemudian rewardnya. Keunggulan di Investree sendiri, jika kita belum memiliki kriteria yang pantas dalam sebuah debitur, sesuai track-recordnya, kita bisa menyimpan uang kita terlebih dahulu di fasilitas reksadana yang disediakan supaya tetap mendapatkan bunga. Untuk kemudian, jika telah menemukan debitur yang cocok, kita bisa langsung melakukan pembiayaan langsung dari reksadana tanpa harus mencairkannya terlebih dahulu. Cara ini akan dibahas pada tulisan selanjutnya.

Keep Stay Tuned.  

Wednesday, December 26, 2018

Saham: Pilih Deviden atau Capital Gain? (Kasus Saham MERK)

Salah satu hal yang menjadi topik yang menarik dalam dunia pasar modal adalah apakah kita ingin mengejar Capital Gain atau deviden. Untuk diketahui Sobat Net, Capital Gain adalah selisih harga jual dikurangi harga beli. Sedangkan, Deviden adalah pembagian laba kepada para pemegang saham sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki.

Tentu saja, sebagai sebagai seorang investor, kita ingin mendapatkan kedua-duanya. Namun, masalahnya tidaklah sesederhana itu. Biasanya ketika Sobat Net mengincar deviden dengan membeli saham pada saat hari pencatatan deviden (Cum Date), tak jarang harga saham tersebut malah jatuh. Kesempatan deviden ini, biasanya dimanfaatkan oleh bandar untuk me-mark-up harga setinggi mungkin, sehingga tak jarang pada saat Cum Date, investor ritel yang tergerak untuk membeli saham karena keinginan untuk memperoleh deviden, malah mendapatkan harga yang tinggi. Esoknya, tidak bisa dipungkiri, harga akhirnya jatuh, karena peristiwa panic selling.

Salah satu contoh peristiwa menarik yang berhubungan dengan hal diatas adalah pembagian deviden Merk pada Desember 2018.

Pada tanggal 11 Desember 2018, para investor ritel/ kecil memperoleh informasi bahwa Emiten Merk akan membagikan deviden interim, dengan Cum Date yakni 14 Desember.

Pengumuman Pembagian Deviden Merk
Mari kita lihat background harga dari Merk sebelum pengumuman deviden, yakni sebelum tanggal 11 Desember 2018.

Pergerakan Harga Saham Merk Selama 2018
Bisa dilihat, bahwa harga pada sepanjang tahun 2018, saham Merk mengalami penurunan. Hal ini tentu saja membuat saham ini tidak diminati oleh ritel. Namun, begitu mendekati bulan Desember. Mari kita lihat gambar selanjutnya.

Perubahan Harga Saham Merk Selama Desember (Akibat Deviden)
Bisa dilihat pada tanggal 5 Desember 2018, tiba-tiba, harga Merk terkerek naik secara signifikan. Naiknya Merk ini tanpa disertai dengan volume transaksi yang tinggi. Artinya adalah, saham ini tidak likuid. Hanya dengan jumlah volume transaksi yang relatif kecil, begitu mudah harga akan bereaksi. Ini adalah peringatan pertama adanya manipulasi terhadap saham ini. Dalam tempo waktu tujuh hari, yakni mulai tanggal 5-11 Desember, saham ini naik secara signifikan dari mulai harga awal 5190 menjadi 7730, atau naik sekitar 50%. Dengan kata lain, Jika Sobat Net, memiliki uang 5 juta, maka dalam tujuh hari, uang anda akan bertambah menjadi 7,5 juta. Tentu saja, publik baru mengetahui pembagian deviden pada tanggal 11 Desember, yakni ketika harga 7730.

Dan, lihat yang terjadi setelah pengumuman deviden pada tanggal 11 Desember tersebut. Harga langsung turun. Para ritel secara tidak langsung telah dipaksa membeli saham dengan harga yang sudah tinggi dengan iming-iming Deviden Jumbo. Disinilah, permainan bandar untuk memainkan perasaan fear and greed dari para pelaku pasar.

Drama berlanjut, karena adanya revisi cum date dari yang semula 14 Des ke 20 Des dan juga revisi jumlah deviden yang dibagikan.

Revisi Tanggal Pencatatan Deviden dan Jumlah Deviden Merk
Harga terakhir pada saat pencatatan deviden, yakni pada tanggal 20 Desember 2018 adalah 7300. Dua hari setelah deviden, harga terakhir anjlok menjadi 4680. Harga ini lebih rendah daripada harga pada saat mark-up pertama kali pada tanggal lima, yakni 5190.

Hal yang membuat drama ini makin menarik adalah pada harga 4680 tersebut, masih tidak ada yang mau membeli Merk. Hal ini terlihat pada papan bid-offer Merk yang kosong pada bagian Bid. Dibawah adalah bid-offer Merk pada tanggal 26 Desember 2018

Bid-Offer Merk Dua Hari Bursa Setelah Cum Date
Jadi, tidak ada penjual yang bisa menjual sahamnya. Nilai 4680 adalah nilai minimum yang diperbolehkan dalam satu hari bursa pada hari tersebut. Ada aturan mengenai nilai maksimum suatu saham bisa bergerak dalam satu hari bursa, yang disebut auto rejection. Selengkapnya, bisa dibaca melalui tautan berikut.

Jadi, bayangkan, bila kita membeli saham tersebut ketika melihat devidennya yang jumbo, yakni pada saat diumumkan pada tanggal 11 Desember, kita akan memperoleh harga 7730, atau taruhlah pada saat menit terakhir penutupan bursa pada tanggal 20 Desember, yakni 7300. Safety margin kita adalah jumlah deviden. Supaya bisa tetap impas, yakni harga maksimal diman kita harus menjual saham Merk tersebut adalah

7300 (harga beli pada penutupan bursa di hari cum date) - 2565 (deviden ) = 4735. Maka, minimal kita harus menjual pada harga tersebut agar tetap untung pada hari bursa setelah cum date. Namun apa yang terjadi? Tidak ada yang mau beli pada hari bursa setelah tanggal cum date Merk. Ini terjadi dua hari berturut-turut. Maka peritel yang sudah beli di harga atas tidak bisa menjual barangnya. Mereka terkunci.

Harga setelah dua hari bursa setelah Cum Date adalah 4680. Artinya, mereka yang mengejar deviden, tetap rugi. Dan, pada harga 4680 tersebut, bisa lebih turun lagi, karena tidak ada yang mau membeli pada harga tersebut. Inilah salah satu sebab mengapa kita harus jelas dalam membuat keputusan dalam suatu pasar saham. Apakah demi mengejar deviden, atau capital gain. Satu hal yang perlu kita ingat adalah adanya manipulasi pada pasar bursa.

Jika melihat pada contoh diatas, kita sepertinya, sudah harus tahu, bahwa sebelum pengumuman pembagian deviden pada tanggal 11 Desember, harga sudah dikerek naik hingga mencapai 50%.

Tidak ada untung yang bisa begitu mudah didapat di pasar modal. Semua membutuhkan usaha dan juga waktu. Jadi, hal pertama yang harus kita camkan baik-baik ketika membeli saham adalah apakah kita membeli demi mengejar capital gain ataukah deviden.

Sunday, December 23, 2018

Seri Investasi (17): Sekolah Pasar Modal

Sobat Net, kita telah membahas tuntas mengenai reksadana. Rangkuman posting-posting mengenai reksadana di blog ini bisa dilihat melalui tautan berikut. Beberapa rekan-rekan, setelah terjun ke dalam dunia investasi reksadana, diantaranya ada yang ingin terjun langsung ke dalam dunia pasar modal. Mereka beranggapan bahwa, reksadana saham khususnya, kurang memberikan keuntungan yang maksimal, jika dibandingkan dengan membeli saham secara langsung. Sayangnya, mereka masih kurang mengetahui tentang dunia pasar modal. Tulisan kali ini, kita akan diajak untuk berkenalan dengan dunia pasar modal.      

Salah satu cara untuk mengenalkan dunia pasar modal adalah dengan mengikuti Sekolah Pasar Modal. Sekolah Pasar Modal ini adalah bentuk sosialiasi yang dilakukan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan melibatkan broker yang merupakan anggota dari BEI. Perlu diketahui, kita tidak bisa membeli langsung saham di BEI, namun harus melalui perantara (broker) yakni perusahaan sekuritas. Untuk pendaftaran Sekolah Pasar Modal sendiri, bisa dilihat melalui situs berikut. 

Ada dua jenis kelas yang ditawarkan, online maupun tatap muka. Dan, ada dua level pengajaran yang dilakukan, level satu dan level dua:
- Level Satu: Menjelaskan mengenai investasi dan mekanisme dalam dunia pasar modal  
- Level Dua: Menjelaskan mengenai analisa fundamental dan teknikal yang digunakan sebagai dasar untuk membeli suatu saham perusahaan

Level satu diperuntukkan untuk pemula yang sebaiknya belum pernah mendaftar di sekuritas. Pada level satu, selain materi, para peserta juga didaftarkan ke dalam suatu sekuritas yang menjadi pengisi pada waktu tersebut. Biaya uang pendaftaran 100 ribu (Agustus, 2018) yang dikeluarkan oleh peserta, akan dikembalikan ke dalam rekening dana investor (RDI) di bawah sekuritas yang dimaksud. Jadi, selesai acara, Sobat Net tinggal menunggu RDI selesai untuk kemudian bisa melakukan aktivitas jual-beli saham.

Target Sekolah Pasar Modal ini memang merupakan masyarakat yang belum mengenal dunia pasar modal. Istilah yang sering digunakan adalah investor ritel. Tentu saja, bagi Sobat Net, yang ingin mengenal dunia pasar modal bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk terjun langsung di dunia pasar modal. Tinggal mendaftar saja di situs sekolah pasar modal diatas.

Tentu saja, akan banyak sekali hal yang harus dipelajari di dunia saham sebelum akhirnya Sobat Net bisa benar-benar mengetahui cara ber-trading maupun investasi yang benar di dunia pasar modal. Namun, di dunia dimana informasi mudah didapat seperti sekarang ini, saya kira segala sesuatu menjadi gampang untuk dipelajari. 

Untuk Sobat Net yang penasaran dengan materi presentasi Sekolah Pasar Modal, bisa dilihat pada tautan dibawah:

Demikian tulisan ini dibuat. Sobat Net bisa melayangkan komentar melalui kotak dibawah untuk menanyakan lebih jauh mengenai topik yang dibahas diatas.  

Friday, December 21, 2018

Seri Investasi (16): Trading Reksadana (Bagian-2)

Seperti dijanjikan pada tulisan sebelumnya, posting kali ini, kita akan mencoba untuk mempraktekkan cara ber-trading reksadana saham. Platform yang digunakan adalah investing.com. Platform ini gratis, namun untuk bisa mengaksesnya, Sobat Net harus membuat akun terlebih dahulu. 

Setelah membuat akun di investing.com. Langkah selanjutnya adalah mencari reksadana yang ingin kita analisa. Caranya adalah mengetikkan nama MI di kolom "Search"

Halaman awal situs Investing.com 
Perlu diingat, hanya reksadana tertentu saja yang terdapat di investing.com. Jadi, yang akan dianalisa juga terbatas. Namun, meskipun terbatas, reksadana yang ada di investing.com merupakan reksadana yang memiliki rating yang bagus dari Morningstar, sebuah lembaga riset investasi ternama. Jadi, tak perlu kuatir.

Setelah di-klik reksadana yang dipilih, maka informasi reksadana akan muncul sebagaimana berikut:

Informasi RD Sucorinvest Equity
Bisa dilihat rating reksadana tersebut adalah lima bintang dari morningstar. Maka, bisa disimpulkan memiliki fundamental yang bagus. Klik "Technical Chart" untuk membuka grafik histori harga dari reksadana saham tersebut. Selanjutnya, akan keluar grafik sebagaimana berikut:

Technical Chart Sucorinvest Equity
Diatas adalah grafik dari reksadana saham "Sucorinvest Equity" dalam bentuk garis. Klik simbol paling kanan atas untuk melihat grafik untuk memperbesar tampilan.

Full page Technical Chart
Ubah tampilan grafik diatas menjadi "Heikin Ashi" sehingga pergerakan harganya mudah untuk dipahami. Hasilnya adalah sebagaimana dibawah 

Heikin Ashi Chart

Untuk Sobat Net yang baru pertama kali berurusan dengan dunia trading mungkin akan sedikit kebingungan melihat grafik seperti ini. Namun, tidak usah khawatir karena akan dijelaskan pada tulisan ini dan dengan sedikit pembiasaan, maka kita akan cepat mengerti cara memahami grafik tersebut.

Pada sumbu horizontal adalah menyatakan WAKTU, sedangkan pada sumbu vertikal menyatakan HARGA. Bisa dilihat pada grafik diatas bahwa temponya adalah 1D atau satu hari. Maka, tiap persegi panjang berjajar yang membentuk garis adalah menandakan perubahan harga pada satu hari.

Sobat Net bisa menggunakan pola grafik yang lain sesuai dengan yang diinginkan. Kali ini, kita akan coba untuk menganalisa pergerakan harga reksadana tersebut. Satu hal yang perlu diingat adalah analisa grafik ini bukan merupakan ilmu eksakta, namun lebih daripada sebuah seni. Jadi, tidak ada batasan dimana Sobat Net harus tepat meniru apa yang disampaikan pada posting ini. Tujuan dari posting ini adalah sekedar memberikan pedoman bagaimana menaruh posisi pada sebuah reksadana. Dimana poin-poin sebaiknya kita harus JUAL, BELI, maupun TAHAN sebuah reksadana. Mari lihat contoh berikut :
Analisis Sucorinvest Equity
Bisa dilihat pola pergerakan reksadana tersebut adalah sideways. Maka, kita bisa menggambar garis support dan resistance dengan trading range 1900-2100. Beli ketika 1900, jual ketika 2100. Tahan atau jual sebagian ketika mencapai angka 2000. Inilah fungsi daripada grafik, yang memberikan kita sebuah peta informasi kapan harus melakukan aksi. Jangan sampai kita malah beli di harga 2100. Contoh lainnya, bisa dilihat pada grafik dibawah:

Analisis Simas Saham Unggulan 
Nah, pada grafik tersebut kita bisa mengetahui pola dari sebuah pergerakan harga, bisa dilihat sebuah pola yang hampir berulang dengan area supply dan demand yang berada di tengah. Diprediksi, bahwa harga akan naik sampai mencapai Target Point. Di poin sekaranglah, kita bisa melakukan aksi beli. Namun perlu diingat, rasio risk dibanding reward. Jika gagal naik, maka harga akan terjun ke support. Namun, dengan melihat grafik tersebut, kita yakin bahwa rewardnya lebih besar jika dibandingkan risk. 

Analisis BNP Paribas Pesona
Pada gambar tersebut, bisa dilihat grafik reksadana tersebut meniru pola daripada index IHSG. Grafik ini lebih mudah untuk dianalisa karena kita tidak perlu secara khusus melakukan analisa grafik. Tinggal lihat pergerakan IHSG harian saja karena sudah mencerminkan pergerakan harga reksadana.

Analisis Sucorinvest Sharia Equity
Contoh yang terakhir adalah sebuah pergerakan harga dengan trend menukik dibawah. Dari gambar tersebut kita bisa memperkirakan dimana posisi beli. Dan, pola seperti ini bisa jadi memiliki konsekuensi yang sangat besar. Ketika ia keluar dari pola trendnya atau biasa disebut dengan break-out, maka pergerakan harganya akan menjadi berubah secara signifikan. Ada jenis trader yang senang mengincar pola grafik seperti ini.

Demikian penjelasan mengenai cara trading reksadana yang bisa memberikan kita informasi mengenai timing untuk melakukan aksi BUY, SELL ataupun HOLD. Posting ini bukan sebagai anjuran untuk melakukan jual ataupun beli terhadap grafik reksadana saham yang diperlihatkan. Segala resiko kembali lagi kepada diri kita sendiri. Oleh karena itulah, ilmu Money Management menjadi begitu penting dalam dunia investasi. Tidak kalah penting daripada analisa fundamental maupun teknikal.

Thursday, December 20, 2018

Seri Investasi (15): Trading Reksadana (Bagian-1)

Agak aneh mungkin dengan judul posting kali ini. Bagaimana mungkin reksadana di-tradingkan. Trading, sebagaimana Sobat Net ketahui, biasa dilakukan dalam dunia pasar modal. Istilah trading itu sendiri adalah sebuah pertukaran yang dilakukan oleh para pelaku pasar modal antara modal (uang) dengan berbagai macam instrument keuangan karena memiliki potensi bahwa nilainya akan naik di masa depan. Jika dalam bursa efek, maka yang dibeli adalah hak kepemilikan sebuah usaha (saham). 

Pahami Reksadana
Kita telah mengenal berbagai macam jenis reksadana. Beberapa tulisan mengenai reksadana telah dibuat dalam blog ini. Silahkan tengok kembali tulisan - tulisan terdahulu melalui tautan dibawah: 
- Mengenal Reksadana: Bagian-1, Bagian-2 dan Bagian-3
- Strategi Investasi Reksadana: Bagian-1 dan Bagian-2

Tulisan kali ini akan mengupas sekali lagi mengenai "Strategi dalam Investasi Reksadana". Dalam hal ini adalah reksadana saham. Dari namanya, bisa diketahui bahwa reksadana ini memilih saham sebagai isi portofolio. Hal ini berarti bahwa pergerakan harganya akan mengikuti pergerakan harga saham di pasar modal. Tentu saja, karena dalam satu produk reksadana saham memiliki beberapa saham sekaligus, maka harganya tidak akan se-fluktuatif jika dibanding dengan memiliki satu saham saja. Pergerakan harga reksadana tersebut adalah pergerakan rata-rata yang dibuat oleh semua saham yang dimuatnya. Lebih jelasnya mari simak gambar dibawah ini:

Perbandingan IHSG dengan beberapa RDS
Diatas adalah grafik dari beberapa produk reksadana saham (RDS) dari Manager Investasi (MI) yang berbeda yang dibandingkan dengan Composite. Composite adalah IHSG atau nilai rata-rata dari semua saham di Indonesia. Jika dilihat naik-turunnya nilai produk reksadana tersebut meniru pergerakan dari Composite, meskipun dengan tingkat kenaikan dan penurunan yang berbeda. Maka dari itulah, bisa dikatakan bahwa tujuan sebenarnya yang ingin dikejar oleh MI dalam produk RDS-nya adalah untuk mengalahkan IHSG. Hal lain yang penting untuk diketahui adalah karena RDS merupakan nilai rata-rata dari berbagai saham, maka tentu saja resikonya lebih rendah jika dibandingkan ketika Sobat Net terjun langsung dalam ber-trading saham. Oleh karena itulah, RDS bisa dijadikan sebagai sebuah latihan sebelum Sobat Net terjun langsung dalam dunia saham

Selain karena harganya mengikuti IHSG, RDS ini penurunan dan kenaikannyanya tidak se-drastis jika dibandingkan dengan satu harga saham. Ini memberikan keuntungan bahwa kita tidak perlu khawatir hal yang mungkin terjadi jika kita trading dalam satu saham, yakni harga yang bisa turun drastis secara tiba-tiba karena RDS mencerminkan nilai rata-rata dari berbagai saham yang biasanya dipilih saham yang memiliki fundamental bagus dan karakteristik antara satu saham dengan saham lainnya dalam satu porto RDS memiliki hubungan yang bisa saling menyeimbangkan.

Jadi, bagaimana cara trading RDS ini dilakukan? 
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut dijawab, maka terlebih dahulu hal yang harus diketahui adalah prinsip dasar dalam dunia trading. Salah satunya adalah pengertian mengenai pivot dan kondisi sideways

Kondisi sideways adalah keadaan dimana harga sebuah instrument keuangan berada dalam kondisi naik-turun dalam sebuah range harga. Mari lihat gambar berikut untuk lebih jelasnya:

Support dan resistance 
Bisa dilihat dalam gambar diatas, bahwa harga naik turun dalam sebuah kisaran harga yang tetap. Ketika menyentuh harga bawah, maka otomatis, ia akan memantul keatas. Begitupun, setelah diatas dan menyentuh harga tertentu, maka ia otomatis turun. Seolah ada palang tidak terlihat yang membuat pergerakan harga menjadi terbatas. Inilah yang dimaksud sebagai kondisi pasar sideways dan kondisi pasar ini, hampir akan selalu kita temui sepanjang waktu di berbagai macam instrument keuangan yang diperdagangkan. 

Batas bawah disebut sebagai SUPPORT atau FLOOR. Batas atas disebut sebagai RESISTANCE atau CEILING. Disebut lantai dan juga atap karena dua hal ini bisa berpindah bergantian. Ibarat dalam sebuah gedung, yang menjadi atap dari ruangan di tingkat pertama adalah lantai dari tingkat kedua. Titik dimana yang menjadi poin pembalikan dari sebuah pergerakan dari turun menjadi naik dan kebalikannya, disebut sebagai PIVOT. Pivot pada gambar diatas ditandai dengan tanda panah.   

Dalam kondisi pasar sideways, merupakan kondisi yang sangat bagus untuk memasang posisi dengan resiko yang sangat rendah. Dengan memasang garis pada pivot-pivot, kita bisa mengetahui kapan harus beli dan kapan harus menjual portofolio kita.    

Penjelasan diatas bisa kita terapkan dalam RDS dan memberikan kita sebuah peta, dimana titik-titik kita harus mengambil untung dan titik-titik dimana kita harus menambah porsi kepemilikan RDS.

Pada kesempatan selanjutnya, akan kita bahas mengenai contoh konkrit penerapan trading RDS ini.

Keep Stay Tuned. 

Wednesday, October 31, 2018

Info: Pengumuman Channel Telegram InternetMarket

Para Sobat Net, kawan-kawan mimin semua, pada kesempatan kali ini mimin dalam keadaan yang berbahagia menyampaikan bahwa blog ini memiliki Channel Telegram yang khusus akan memberitakan segala sesuatu yang berhubungan dengan investasi maupun cara mendapatkan uang di Internet.

Jangan lupa untuk join dengan Channel Telegram "Internet Market" melalui tautan berikut: 


Saya ucapkan selamat bergabung. Semoga bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin.


Tertanda,

Admin Blog - OurInternetMarket

Tuesday, October 30, 2018

Seri Investasi (14): Investree- P2P Lending (Bagian-2)

Pada bagian sebelumnya, telah dijelaskan mengenai platform Investree sebagai salah satu fintech yang menawarkan berbagai macam investasi mulai dari mitra pemerintah dalam menawarkan SBN dan juga investasi reksadana. Sebenarnya, Investree adalah sebuah fintech yang platform utamanya yang melayani fasilitas peminjaman. Pada kesempatan kali ini, mimin akan membahas Investree sebagai platform P2P Lending.

Pada Investree, yang merupakan sebuah fintech P2P Lending, cara kerjanya sudah pernah dibahas pada tulisan terdahulu. Pada kali ini, kita akan lebih fokus pada fasilitas yang dimiliki oleh Investree.
Cara kerja Platform Investree
Investree memiliki dua jenis pembiayaan pinjaman yang dapat kita danai, yaitu secara konvensional maupun secara syariah. Jadi, bagi Sobat Net yang ingin mendapatkan keuntungan dari fintech P2P Lending, namun menghindari riba, bisa mencoba fintech Investree ini. Untuk mengetahui pinjaman mana saja yang dibuat secara syariah, bisa  dilihat dengan mudah di daftar pinjaman karena memiliki tanda "syariah" di jenis pinjamannya seperti ditunjukkan pada gambar dibawah.

Tanda pinjaman Syariah di Investree
Bagaimana dengan resikonya? 
Untuk tiap - tiap pinjaman sudah memiliki grade/ peringkatnya masing-masing. Semakin tinggi peringkatnya, maka bunganya semakin kecil. Meskipun demikian, peringkat dengan pinjaman yang tinggi merupakan pinjaman dengan tingkat resiko kecil. Berikut adalah grade dari Investree.

Jika dilihat, pinjaman dengan peringkat tertinggi, yakni A1++, memiliki tingkat bunga 12% pertahun. Tingkat pengembalian yang tinggi daripada deposito maupun Reksadana Pasar Uang. 

Melalui platform ini, Sobat Net jangan takut apabila uang disalahgunakan oleh pemilik situs, karena dengan mendaftar Investree, otomatis Sobat Net akan dibuatkan rekening atas nama pribadi yang nantinya pihak Investree hanya boleh memindahkan dana atas permintaan Sobat Net. Fasilitas lainnya, jika misalkan Sobat Net, tidak memiliki pinjaman yang ingin dibiayai karena kriteria yang kurang cocok, maka uang yang ada di rekening Sobat Net, bisa dipindah sementara ke fasilitas reksadana yang tersedia. 
Bagaimana dengan pencairan pinjaman?
Untuk pembayaran pinjaman, waktu jatuh temponya bisa dilihat di situs Investree tersebut dan apabila sudah dibayarkan oleh peminjam, akan diinfokan melalui email. Berikut adalah contoh info pengembalian pinjaman yang diterima di email, lengkap dengan jumlah bunga dan juga potongan pajak
Contoh info pembayaran pinjaman yang dikirim ke e-mail 
Banyak sekali yang dapat dibahas mengenai Investree. Namun, pada posting kali ini, mimin cukupkan sampai disini karena inti dari platform P2P Lending, khususnya Investree sudah mencakup semua apa yang ingin mimin sampaikan kepada Sobat Net. P2P Lending bisa menjadi salah satu investasi yang mengasyikan karena tingkat pengembalian yang cukup tinggi.

Mudah-mudahan tulisan ini bisa bermanfaat. Bagi Sobat Net yang ingin mendaftar Investree, silahkan mendaftar melalui tautan berikut.

Selamat Berinvestasi

Saturday, October 27, 2018

Seri Investasi (13): Investree-SBN, Reksadana, P2P (Bagian-1)

Sobat Net, kali ini akan dibahas mengenai fintech investree. Investree pada mulanya adalah sebuah fintech yang menyediakan produk utama, berupa peer-to-peer lending. Namun, pada perkembangannya, ia menjadi mitra distribusi untuk Surat Berharga Negara dan juga menawarkan produk reksadana. Diversifikasi inilah yang membuat penulis untuk mengupas mengenai fintech Investree pada kesempatan kali ini. Meskipun begitu, jenis reksadana hanya terbatas pada satu jenis saja. Mudah-mudahan, di waktu mendatang, akan lebih banyak jenis reksadana yang ditawarkan oleh Investree.

Kebetulan pada bulan November 2018, pemerintah akan menawarkan investasi SBN dalam bentuk sukuk dan Investree, lagi-lagi, mendapatkan kesempatan untuk menjadi mitra distribusi. Salah satu kelebihan yang ditawarkan investree adalah bonus 1% apabila membeli sukuk di Investree. Tentu saja, kesempatan ini jangan sampai dilewatkan.

Investasi SBN Sukuk di Investree

Bagaimana cara mendaftar Surat Berharga Syariah Negara di Investree? 

Perlu diketahui, untuk Sukuk Tabungan ST-002, hanya ditawarkan pada 1-22 November 2018. Jadi, Sobat Net hanya bisa memesannya pada tanggal tersebut. Sebelum dipesan, Sobat Net, tentu harus mendaftar terlebih dahulu di fintech Investree. Caranya bisa jadi sama dengan pendaftaran SBR pada periode lalu, yang bisa disimak melalui gambar dibawah:
Beli SBR004 di Investree
Selain SBN, Investree juga memiliki produk reksadana. Reksadana pada Investree yang saat ini masih tersedia satu buah, yakni pasar uang dengan MI Trimegah.
Reksadana di Investree dengan MI Trimegah
Reksadana ini bisa sebagai tempat parkir sementara dari dana kita ketika belum mendapatkan pinjaman yang sesuai dengan profil yang kita inginkan. Dana bisa langsung diambil dari rekening Investree yang dibuat atas nama kita.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai produk utama dari Investree, yakni platform peer-to-peer lending, kita akan bahas pada posting selanjutnya. Sementara, bagi Sobat Net yang berminat untuk daftar Investree, bisa klik tautan berikut.

Keep Stay Tuned

Saturday, October 13, 2018

Seri Investasi (11): Strategi dalam Investasi Reksadana (2)

Pada tulisan sebelumnya, telah dijelaskan mengenai dua hal:
1. Reksadana pasar uang adalah reksadana yang paling stabil, dimana nilai NAVnya rata-rata menunjukkan kenaikan, meskipun jumlah kenaikannya lebih sedikit jika dibandingkan dengan ketiga kategori reksadana lainnya.
2. Reksadana lainnya, kecuali pasar uang, memiliki pola yang sama dengan volatilitas yang berbeda.

Dari kedua poin tersebut, maka reksadana yang dipilih hanyalah dua macam, yakni reksadana pasar uang dan juga reksadana saham. Reksadana pasar uang, memberikan kita stabilitas, sedangkan reksadana saham diperlukan ketika kita ingin mencari keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Bahasa lainnya, ada kalanya bersikap defensif dan ada kalanya untuk rakus. Dan, tentu saja, hal ini berkaitan dengan timing

Mari kita lihat, beberapa pergerakan produk reksadana saham unggulan atau yang memiliki return tertinggi terhadap pergerakan daripada IHSG atau indeks harga saham gabungan. IHSG ini adalah kumpulan rata-rata harga semua saham yang ada di Indonesia.  


Pada gambar diatas, bisa dilihat produk reksadana saham dari ketiga MI, menunjukkan pola yang hampir mirip dengan yang ditunjukkan oleh indeks IHSG. Meskipun demikian, lepas daripada bulan januari menunjukkan pergerakan yang berbeda-beda atau beda volatilitas. Semakin volatilitasnya tinggi, reward dan gainnya juga akan semakin tinggi. 

Dari fakta yang ditunjukkan diatas, maka timing untuk masuk ke dalam sebuah reksadana saham menjadi sangat penting. Ketika pola reksadana saham, mengacu pada pola IHSG, maka kita harus mempelajari fase siklus daripada IHSG. Hal ini pernah dibahas dalam tulisan Wibie G, namun penulis lebih senang dengan teori Dow untuk menggambarkan kondisi pasar modal.
Dow Theory

Pada teori tersebut, kita dapat menggambarkan dua kondisi pasar, yakni kondisi ketika harga saham naik dan juga kondisi ketika harga saham turun. Dua kondisi ini, dikenal dengan sebutan trend. Jika naik, uptrend, ketika turun, downtrend.

Diantara kedua fase tersebut, ada fase ketika harga zig-zag, atau biasa dikenal dengan kondisi sideways.  

Memahami fase ini sangat penting, karena kita bisa memastikan kapan kita bisa menambah porsi kita di reksadana saham untuk mendapatkan profit sebanyak-banyaknya. Dan, kapan harus mengurangi porsinya dan lebih banyak memegang reksadana pasar uang. 

Mari kita ambil contoh sebuah reksadana saham berikut ini:

  
Reksadana berikut bersifat menunjukkan trend naik dari April 2017 hingga Juni 2018. Namun, lihat grafik selanjutnya, yang bermula dari Juni 2018 hingga October 2018.


Kondisinya adalah sideways dengan kecenderungan trend turun. Jika Sobat Net masuk ke dalam reksadana ini pada bulan Juni, maka kemungkinan besar, saat ini Sobat Net tidak mendapatkan profit sama sekali. Pada kondisi seperti ini, buy and hold bukanlah sebuah solusi yang tepat. Tetapi, swing trading, artinya keluar-masuk reksadana saham merupakan pilihan yang bijak. Maka, opsi "switching" yang artinya pindah produk reksadana untuk satu MI yang sama bisa digunakan. Misalkan, dari reksadana saham ke reksadana pasar uang. Beberapa orang, malahan ada yang lebih bersifat lebih agresif, dengan cara "top-up" ketika nilai reksadananya turun. Sehingga rata-rata akan mendapatkan NAV yang lebih rendah. Cara ini disebut dengan "average down". Semua tergantung daripada Sobat Net, selalu pengambil keputusan. Bagaimanapun, kita tidak pernah mengetahui aksi pasar. Perlu diketahui juga, berapa fee MI ketika aksi switching dipilih.

Jika dilihat pada IHSG diatas, bisa dilihat bahwa dari maret hingga juli 2018, IHSG cenderung turun, meskipun demikian, nilai reksadana saham tetap naik. Hal ini bisa terjadi, karena pada bulan-bulan tersebut, banyak perusahaan membagikan devidennya. Lepas daripada bulan tersebut, polanya sama-sama sideways antara reksadana saham dengan IHSG, tetapi dengan volatilitas yang berbeda. Hal ini memberikan petunjuk pada kita semua semua bahwa masuk ke reksadana saham, paling bagus adalah di saat banyak perusahaan yang membagikan deviden yakni diawal-awal tahun. 

Tulisan ini bukan menjadi pedoman untuk berinvestasi, namun hanya sebagai analisa penulis dalam menentukan timing masuk ke dalam reksadana saham. Segala kerugian dan keuntungan, yang menanggung adalah Sobat Net. Tetap ingat, high risk- high gain. Pahami resikonya, baru keuntungannya. 

Pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai fintech investasi melalui Surat Berharga Negara.

Keep Stay Tuned.

Thursday, October 11, 2018

Seri Investasi (10): Strategi dalam Investasi Reksadana (1)

Sobat Net, pada edisi ke-10 ini akan dibahas mengenai strategi dalam berinvestasi reksadana. Setelah sebelumnya, kita membahas mengenai teori reksadana, kemudian dilanjut dengan fintech reksadana, maka saat ini, akan dilanjutkan dengan strategi berinvestasi reksadana.

Sudah banyak tulisan yang membahas mengenai cara berinvestasi melalui reksadana. Beberapa diantaranya bisa kita temukan: lewat situs https://reksadanauntukpemula.com/, tulisan dari Wibie G dan lain sebagainya. Kali ini, kita akan coba untuk merangkum dari beberapa sumber tersebut dan coba untuk mengaplikasikan apa yang menjadi prinsip dalam berinvestasi melalui reksadana.

Hal yang pertama untuk kita ketahui adalah mengenai karakter reksadana. Ini pernah dibahas pada tulisan mengenai teori reksadana dan akan kita tampilkan lagi grafik indeks untuk semua jenis reksadana.
Hal yang sangat penting untuk diketahui dari grafik tersebut adalah bahwa reksadana pasar uang adalah satu-satunya tipe reksadana yang paling aman. Nilainya akan terus naik, tidak peduli hal apapun yang tengah terjadi di pasar modal. Ini bisa dilihat dari garis grafik reksadana pasar uang yang terus naik dan tetap stabil. Ia bersifat defensif terhadap kondisi pasar modal. Tahan segala cuaca. Berinvestasi pada reksadana pasar uang, Sobat Net bisa tidur dengan nyenyak, tanpa harus was-was berpikir apakah nilai reksadana saya akan naik atau turun pada keesokan harinya. Sudah bisa dipastikan nilainya akan naik, kecuali jika mengandung obligasi.  

Namun, hal yang berbeda malah ditunjukkan oleh ketiga jenis reksadana yang lainnya.  Jika merujuk dari faktor ganjaran (reward) dan resiko (risk), antara ketiga jenis reksadana yang tersisa, maka kira-kira manakah yang Sobat Net pilih? 

Naik-turunnya sebuah harga reksadana ditentukan oleh likuiditas portofolionya. Likuiditas adalah tingkatan seberapa banyak sebuah efek ditransaksikan oleh para pelaku pasar. Dalam hal ini, kita bisa melihat reksadana pasar saham adalah yang paling liquid karena saham adalah instrumen yang ditransaksikan setiap hari kerja di bursa. Oleh, karena itu, ia akan lebih volatil atau frekuensi pergerakan harganya cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan ketiga jenis reksadana lainnya. Meskipun demikian, jika dilihat dari sudut pandang investor reksadana, reksadana saham adalah reksadana yang paling tidak likuid dikarenakan pembayaran penjualan reksadana ini memerlukan waktu lebih lama dikarenakan penyelesaian transaksi saham yang memakan waktu hingga lebih dari sehari.

Jika dilihat pada indeks diatas, maka diantara reksadana saham, campuran dan juga pendapatan tetap, dilihat dari segi pergerakan harga, maka yang rewardnya melebihi risk adalah reksadana saham. Sebagai konklusi, reksadana yang kita pilih, jika menghendaki keamanan meskipun returnnya sedikit, yang dipilih adalah reksadana pasar uang. Sebaliknya, jika memilih reksadana yang memiliki return lebih tinggi namun beresiko, maka yang dipilih adalah reksadana saham. Sobat Net tidak dilarang untuk memilih reksadana yang berada ditengah-tengah, yaitu reksadana pendapatan tetap ataupun campuran, namun resikonya bisa lebih besar dibandingkan reward. Dan, hal ini bisa dilihat secara jelas pada grafik diatas.

Untuk memilih produk reksadana pasar uang sangatlah mudah. Carilah reksadana yang nilai returnya lebih besar jika dibandingkan deposito atau dibandingkan indeks reksadananya. Namun, jika ingin memilih reksadana saham, bagaimana cara memilihnya? 

Sebenarnya, hal yang lebih penting bukanlah memilih reksadana saham mana yang cocok, namun yang pertama kali harus dilakukan adalah memeriksa kondisi dari pasar modal saat ini. Jadi, lebih condong ke arah timing, sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam reksadana saham.

Hal ini akan dikupas pada tulisan selanjutnya.

Keep Stay tuned

Wednesday, October 10, 2018

Seri Investasi (9): Fintech Reksadana

Setelah membahas mengenai fintech deposito, kali ini akan dibahas mengenai fintech reksadana. Membeli reksadana ada berbagai macam cara, bisa langsung melalui perusahaan Manager Investasi atau melalui Agen. Jika melalui MI, yang ditawarkan hanya produk yang dikelola MInya saja, namun jika melalui Agen, ia menawarkan produk yang berasal dari berbagai macam MI. Dan, fintech reksadana biasanya bertindak sebagai agen saja. Bisa dikatakan, membeli melalui agen, sama saja kita berada dalam sebuah supermarket reksadana karena produknya yang bermacam-macam tadi. Tentunya, antara fintech yang satu bisa saja memiliki produk yang sama dan ada juga yang malah tidak ada di tempat yang satu, namun di tempat yang lain ada. Hal ini tergantung pada kerjasama agen tersebut dengan perusahaan MI reksadana.

Di Indonesia, pilihan untuk membeli reksadana sangat beraneka macam, ada yang lewat marketplace, seperti Tokopedia dan BukaLapak, ada yang lewat Bank, ada yang lewat fintech, seperti Bareksa ataupun Ipotgo, ada juga yang melalui P2P lending seperti investree, dan lain sebagainya. Semuanya menawarkan produk reksadana, dimana sudah ada kerjasama sebelumnya dengan pihak Manager Investasi.

Pada kesempatan kali ini, akan diambil contoh dari fintech reksadana yang dikelola oleh Bareksa. Untuk mendaftar reksadana di Bareksa, bisa dilakukan secara online. Bisa diliat di tautan berikut. Nah, setelah mendaftar, nantinya kita akan mendapatkan nomor Single Investor Identification (SID). Nomor ini diperoleh dari Sistem Pengelolaan Investasi Terpadu atau “S-INVEST” PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). SID ini adalah ibarat KTP elektronik bagi investor. Lebih jauh bisa dilihat penjelasannya disini. Oleh karena itu, meskipun Sobat NET mendaftar ke banyak agen reksadana, Sobat Net akan tetap mendapatkan no. SID yang sama. 

Cara membeli reksadana jika sudah terdaftar di agen reksadana sangat mudah. Sebagai contoh, untuk Bareksa, caranya bisa dilihat disini. Jika kita membeli reksadana, maka Bank yang menjadi tujuan transfer reksadana bukanlah Bank kustodian, namun ke Bank yang disediakan pemilik platform. Namun, tak usah khawatir karena nantinya bukti kepemilikan yang diterangkan lewat konfirmasi pembelian sebuah reksadana dari Bank Kustodian biasanya akan dikirimkan melalui e-mail. Contohnya adalah seperti dibawah ini:
Bukti Pembelian Reksadana dari Bank Kustodian
Tidak hanya itu saja, tiap bulan terkadang kita juga dikirimkan laporan akun bulanan untuk memantau rincian transaksi dan saldo reksadana yang kita miliki. Tentu saja, hal ini bergantung juga dari Bank Kustodian yang dipakai oleh sebuah MI.
Laporan Bulanan Transaksi dan Saldo Reksadana
Jika sudah memiliki produk reksadana, maka kita bisa memantau perkembangan produk reksadana yang kita miliki langsung dari fintech reksadana tersebut karena mereka akan selalu meng-updatenya setiap hari kerja bursa. Untuk Bareksa, biasanya NAB akan diupdate di aplikasi pada keesokan harinya pada pukul enam pagi.

Hal lain yang perlu dipahami dalam bertransaksi reksadana adalah pahami aturan dalam membeli dan menjual. Salah satunya adalah instruksi pembelian yang akan menentukan harga NAB yang dipakai, seperti ditunjukkan oleh gambar dibawah, yang berlaku di Bareksa.


Jika sudah membeli, maka langkah selanjutnya yang bisa dilakukan adalah:
1. Top-Up : Menambah kepemilikan reksa dana. Top up bisa dilakukan secara auto debet. 
2. Switching : Proses pengalihan reksadana dari satu produk ke produk yang lainnya, namun masih dalam satu MI yang sama, atau yang terakhir
3. Redemption : Penjualan reksadana. Pembelian sebuah reksadana sendiri dikenal dengan istilah subscription.

Kita sudah mengenal mengenai fintech reksadana, selanjutnya akan dibahas mengenai pengetahuan umum cara berinvestasi dalam sebuah reksadana.

Keep Stay Tuned

Popular Posts