Banyak media mengatakan, sekitar 90% trader mengalami kegagalan. Namun, nyatanya dari hari ke hari semakin banyak saja yang terjun ke dunia saham. Kalau tidak percaya, silahkan cek berita dari media KOMPAS berikut. Jika dilihat kembali, ternyata yang membuat artikel berjuluk "90% trader mengalami kegagalan" adalah kebanyakan operator yang juga menyediakan layanan sistem trading.
Tentu ada alasan mengapa para operator layanan tersebut mengatakan hal yang demikian sebagai bagian dari strategi marketing mereka. Hal ini bisa terlihat di saham-saham yang sedang trending pada masanya, yang biasanya adalah saham-saham yang telah mengalami kenaikan yang cukup panjang. Dan, tak lama setelah itu mengalami kejatuhan harga. Mimin ingat tulisan seorang senior, yang mengatakan beli saham tidak seperti beli bahan pangan. Kita beli bahan pangan, atas dasar faktor kebutuhan. Barangnya habis karena kita konsumsi. Jadi, jika banyak permintaan, maka harganya naik. Hal ini tidak berlaku di saham. Kita beli saham, bukan untuk dikonsumsi. Tetapi, untuk dijual kembali ke harga yang lebih tinggi. Pada awalnya, kita gak butuh saham. Gak tertarik karena bukan bagian dari kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Bagaimana supaya tiba-tiba kita tertarik untuk membeli saham? Tentu, yang dibutuhkan adalah Stimulasi.Stimulasi bahwa dengan membeli saham akan menghasilkan return yang besar. Lebih besar daripada sekedar deposito di Bank. Hal inilah yang kebanyakan menarik minat banyak orang untuk terjun ke dalam dunia saham. Ketika orang sudah masuk dengan tanpa memikirkan resiko, tinggal tunggu waktu saja maka mereka akan mengalami kerugian. Faktor ketakutan inilah yang salah satunya kemudian jadi bahan marketing penyedia layanan saham. Orang menjadi tertarik untuk mengikuti layanan tersebut. Stimulasi dari dua ekstrim yang berbeda: kesenangan dan ketakukan. Satu sisi yang merupakan bagian dari satu koin yang sama.
Jadi, pikiran manusia itu sebenarnya kongruen. Ia akan selalu kembali ke arah homeostatis. Ke sesuatu yang familiar bagi alam dirinya dan inilah yang terjadi pada kebanyakan orang. Mereka merasa nyaman dengan diri mereka. Ketika ada orang yang kedudukannya lebih tinggi dari mereka, mereka akan mengolok-olok orang tersebut. Hal ini dilakukan untuk membuktikan bagi diri mereka sendiri bahwa orang tersebut derajatnya sama dengan mereka. Orang-orang besar itu juga memiliki banyak pembenci, meskipun di sudut yang lain banyak juga pencintanya.
Nah, jadi jangan heran ketika mereka bilang tidak takut nyangkut di saham fundamental bagus, tetapi selalu stalking mengenai harganya. Perusahaan bagus tidak perlu di pom-pom. Apalagi bilang kemana-mana mau "all in" jika saham turun harganya ketika hal yang tidak sependapat dengan dirinya. Orang yang sudah yakin, tidak hanya merasa yakin, tidak perlu pembuktian dari seluruh dunia. Ia puas dengan apa yang ia lakukan dan cukup dengan dirinya.
Salam
No comments:
Post a Comment
Leave your comment !